NEWSROOM.ID, JAKARTA – Nama Ratna Sarumpaet sempat tercoreng dalam kasus hoax penyiksaan dirinya di bulan Oktober 2018. Dalam vonis yang dijatuhkan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Ratna Sarumpaet dijatuhi hukuman dua tahun penjara. Setelah menjalani masa hukuman dipotong remisi Idul Fitri dan 17 Agustus, Ratna Sarumpaet dibebaskan pada Desember 2019.
Dalam sambutan di peluncuran buku, Ratna Sarumpaet mengatakan, buku “Aku Bukan Politikus” ditulisnya saat berada di dalam tahanan dan penjara.
“Buku ‘Aku Bukan Politikus’ saya tulis di tahanan. Ketika saya tulis seperti meredam kemarahan. Begitu kepala saya berputar ke levisi di sel dan melihat keributan pilpres saat itu, saya seperti mau mati,” ujar Ratna Sarumpaet.
Ratna mengatakan, bangsa Indonesia merupakan bangsa yang diberkahi Tuhan Yang Maha Esa. Sejarah negeri ini di masa lalu berisi kisah kejayaan dan kepahlawan.
“Negeri ini kayanya luar biasa. Masyarakat internasional iri melihat betapa kayanya kita. Indonesia lahir, mengikuti kulturnya sendiri. Indonesia menyusun filosofinya, ideologinya, mengikuti perjalanan hidupnya, perjuangan-perjuangannya dan kulturnya. Itulah Indonesia,” papar Ratna.
Pancasila dan UUD 1945, kata Ratna Sarumpaet, tidak kebetulan datang begitu saja. Melainkan bekal yang diberikan oleh Allah SWT agar Indonesia mampu menjadi sebuah negara yang bersatu, bersaudara, saling merangkul. Negara yang walaupun memiliki banyak perbedaan namun masyarakatnya memilih untuk hidup bersama.
Akan tetapi, dia mengingatkan, Indonesia juga tidak luput dari ancaman kehancuran. Baik oleh tekanan dari luar maupun oleh keretakan dari dalam.
“Mari kita mulai berpikir, tidak lagi bertengkar. Tetapi mencoba, mensiasati, mencoba mencari cara bagaimana supaya kita bisa duduk bersama, bicara tentang nasib bangsa kita ini,” sambungnya.
Indonesia harus melakukan pembenahan, dan rakyat yang merupakan pemegang kedaulatan tertinggi tidak boleh takut dengan segelintir oligarki dan elit.
“Harus kita pelajari cara bagaimana kita membenahi bangsa ini. Saya minta dengan sangat, satu kali lagi, bersatulah. Jangan hanya saling memaki, saling meneriaki. Enggak ada gunanya,” ujarnya.
“Jangan ada lagi cebong dan kampret,” pungkas Ratna Sarumpaet.(ALP)