NEWSROOM.ID, Jakarta – Jelang aksi besar-besaran 11 April 2022, Kaharuddin selaku
Koordinator Pusat BEM Seluruh Indonesia mengaku akun media sosial pribadi miliknya diretas pada hari Minggu 10 April 2022 dini hari.
Kaharuddin menyampaikan melalui status whatsapp miliknya pada pukul 00.08 WIB (10/4) bahwa akun instagramnya dengan username @kaharud_din tidak bisa diakses, segala bentuk informasi yang diposting oleh akun instagram tersebut diluar kendalinya.
Kaharuddin juga memohon do’a dan dukungan dari rakyat Indonesia untuk dikuatkan dalam berjuang sampai tuntutan mereka dijawab dengan baik oleh presiden.
“Mohon do’a dan dukungan semoga perjuangan kita mewakili seluruh rakyat Indonesia dimenangkan, saatnya rakyat bangkit melawan. Sudah cukup rakyat menderita. Perjuangan ini akan terus diperjuangkan sampai tuntutan kita terjawab (oleh presiden),” kata Kaharuddin dikutip dari status whatsapp pribadinya.
Akun instagram Kaharuddin tidak hanya diretas, tapi ikut dibajak. Pada pukul 01.00 WIB akun pribadi milik Kaharuddin mengupload sebuah postingan diluar kendalinya, postingan tersebut berisi tulisan “Aksi 11 April Saya nyatakan dibatalkan mengingat saat ini bulan Ramadhan dan kasus Covid-19 yang masih belum reda”.
Peretasan dan pembajakan media sosial Korpus BEM SI diduga karena mereka akan menggelar aksi besar-besaran di hari Senin 11 April 2022.
Koordinator Isu Hukum dan HAM BEM SI Shoffan Mujahid menyampaikan, peretasan yang terjadi pada aktivis mahasiswa merupakan salah satu bentuk penggembosan aksi.
Menurutnnya saat ini demokrasi di Indonesia sedang tidak baik-baik saja. “Dalam konteks hukum tindakan peretasan adalah tindak pidana yang diatur dalam Pasal 30 ayat 1 UU ITE, kondisi ini merusak kebebasan berpendapat seluruh warga negara termasuk mahasiswa. Tapi walau banyak peretasan yang terjadi tidak akan membuat gerakan mahasiswa menurun dan mati,” jelas Shoffan.
Hal senada disampaikan oleh mantan aktivis mahasiswa M. Nurdiyansyah Koordinator Pusat BEM SI 2019, “Kenyataannya, pembungkaman itu nyata. Siapa pelakunya? Sudah pasti para pecundang yang sembunyi dibalik istilah “oknum”.
Peretasan WA dan sosial media, hingga ancaman dari nomor tak dikenal seperti sudah menjadi strategi klasik yang biasa dilakukan.Pada akhirnya mereka akan sadar bahwa peretasan model apapun terhadap aktivis kampus tak akan pernah bisa menahan gelombang gerakan mahasiswa,” kata Nurdiyansyah. (BYU)