NASA mengamati semburan matahari X2.8 yang signifikan pada tanggal 14 Desember 2023, dengan potensi dampak pada sistem teknologi bumi, dipantau oleh NOAAPusat Prediksi Cuaca Luar Angkasa.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Matahari memancarkan jilatan api matahari yang dahsyat, dan puncaknya terjadi pada pukul 12:02 siang TIMURpada 14 Desember 2023. Solar Dynamics Observatory milik NASA, yang terus mengamati Matahari, menangkap gambar peristiwa tersebut.
Jilatan api matahari merupakan semburan energi yang sangat dahsyat. Lidah api dan letusan matahari dapat berdampak pada komunikasi radio, jaringan listrik, sinyal navigasi, dan menimbulkan risiko bagi pesawat ruang angkasa dan astronot.
Suar ini diklasifikasikan sebagai suar X2.8. Kelas X menunjukkan suar paling hebat, sedangkan angka-angka memberikan informasi lebih lanjut tentang kekuatannya.
Suar Matahari
Suar matahari adalah semburan radiasi intens yang berasal dari pelepasan energi magnetis yang terkait dengan bintik matahari. Fenomena ini merupakan salah satu fenomena terkuat di tata surya dan dapat memberikan dampak signifikan terhadap lingkungan luar angkasa Bumi.
Beacon ini diklasifikasikan berdasarkan kekuatannya. Klasifikasinya adalah sebagai berikut:
- Flare Kelas X: Ini adalah suar utama. Hal ini dapat menyebabkan pemadaman radio di seluruh planet dan badai radiasi yang berlangsung lama, sehingga mempengaruhi satelit dan astronot. Flare kelas X selanjutnya dikategorikan berdasarkan nomor, dengan angka yang lebih tinggi menunjukkan flare yang lebih intens. Misalnya, suar X2 dua kali lebih kuat dari suar X1, dan empat kali lebih kuat dari suar X0.5.
- Flare Kelas M: Ini adalah suar kekuatan sedang. Hal ini dapat menyebabkan pemadaman radio singkat di wilayah kutub dan badai radiasi kecil. Meski tidak sekuat suar kelas X, namun tetap berdampak nyata terhadap cuaca antariksa Bumi.
- Flare Kelas C: Ini adalah suar kecil dengan dampak yang kecil terhadap Bumi. Ledakan ini lebih sering terjadi dibandingkan ledakan kelas M dan X, namun biasanya terlalu lemah untuk mempengaruhi cuaca luar angkasa secara signifikan.
- Flare Kelas B dan Kelas A: Ini adalah suar yang lebih kecil lagi, seringkali tidak terdeteksi tanpa instrumen pengamatan matahari khusus. Dampaknya akan minimal, jikapun ada, terhadap Bumi.
Klasifikasi ini didasarkan pada fluks puncak (jumlah foton) dalam watt per meter persegi, yang diukur di orbit Bumi oleh pesawat ruang angkasa GOES. Sistem ini memungkinkan cara yang cepat dan mudah untuk mengomunikasikan intensitas jilatan api matahari dan potensi dampaknya terhadap cuaca luar angkasa dan bumi.
Observatorium Dinamika Surya NASA
Solar Dynamics Observatory (SDO) milik NASA adalah misi penting dalam studi Matahari, yang memainkan peran penting dalam pemahaman kita tentang bintang terdekat kita. Diluncurkan pada 11 Februari 2010, SDO dirancang khusus untuk mengamati dan memahami aktivitas matahari yang mempengaruhi cuaca bumi dan luar angkasa.
Tujuan utama SDO adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pengaruh Matahari terhadap Bumi dan ruang dekat Bumi dengan mempelajari atmosfer Matahari dalam skala kecil ruang dan waktu, dan pada banyak panjang gelombang secara bersamaan. Hal ini penting untuk memahami dampak Matahari terhadap planet kita, khususnya medan magnet dan lingkungan luar angkasa.
SDO dilengkapi dengan serangkaian instrumen canggih. Atmospheric Imaging Assembly (AIA) menangkap gambar atmosfer matahari beresolusi tinggi, Helioseismic and Magnetic Imager (HMI) mempelajari medan magnet matahari dan pergerakan dinamis di dalam Matahari, dan Extreme Ultraviolet Variability Experiment (EVE) mengukur Matahari. keluaran ultraviolet.
Salah satu kontribusi paling signifikan dari SDO adalah pengamatan Matahari secara terus menerus dan mendetail pada berbagai panjang gelombang. Pengamatan ini memberikan gambaran komprehensif tentang aktivitas matahari seperti flare, lontaran massa koronal, dan perubahan medan magnet matahari. Data dari SDO telah berperan penting dalam meningkatkan pemahaman kita tentang medan magnet Matahari yang kompleks dan dinamis, keluaran energinya, dan bagaimana faktor-faktor ini berinteraksi untuk mendorong cuaca luar angkasa.
Singkatnya, Solar Dynamics Observatory milik NASA adalah aset utama dalam ilmu tata surya, menyediakan data berharga yang membantu para ilmuwan lebih memahami perilaku Matahari dan dampaknya terhadap cuaca luar angkasa dan Bumi.
Jaringan NewsRoom.id
NewsRoom.id