NewsRoom.id – Lembaga Pengawasan Pemilu Nasional, Progressive Democracy Watch (Prodewa), meminta Mahkamah Konstitusi (MK) memanggil Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo sebagai saksi dalam sidang perselisihan Pilpres 2024.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Direktur Eksekutif Nasional Prodewa, Muhammad Fauzan Irvan mengatakan, pemanggilan tersebut untuk memperjelas dugaan pelanggaran pemilu terstruktur (TSM) yang sistematis dan masif yang dilakukan Mabes Polri.
“Kami meminta Mahkamah Konstitusi segera memanggil Kapolri untuk memberikan kesaksian dan penjelasan atas dugaan kami yaitu adanya dugaan pelanggaran pemilu TSM yang dilakukan oleh institusi Polri,” kata Fauzan, Jumat (5/4/2024). . .
Dugaan tersebut dipicu oleh adanya laporan masyarakat kepada partai sebagai lembaga pemantau pemilu bahwa terdapat dugaan kuat adanya penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan untuk memenangkan pasangan calon tertentu.
Ia mengatakan, Polri dengan strukturnya hingga tingkat paling bawah (Polsek) dinilai sangat masif dalam memimpin dan menggerakkan masyarakat untuk memilih pasangan calon tertentu.
“Selain itu, anggaran Polri yang besar juga berpotensi disalahgunakan untuk kepentingan politik tertentu. Bahkan ada laporan kepada kami bahwa Polri melalui jaringannya membiayai berbagai relawan untuk calon wakil presiden tertentu,” lanjut Fauzan.
Fauzan mengatakan Polri juga berpotensi melakukan kriminalisasi terhadap kepala daerah atau tokoh yang tidak sejalan dengan kepentingan Polri. Di sisi lain, ia juga mempertanyakan urgensi pembentukan operasi Sistem Pendingin Nusantara (NCS) Polri yang dipimpin Wakabareskrim Polri.
“Kami menilai setelah Satgas Merah Putih Ferdi Sambo dibubarkan, tidak perlu lagi membentuk satgas dan tim operasi khusus di Polri, karena kami khawatir akan muncul sambo sambo berikutnya,” ujarnya. menjelaskan.
Ia khawatir operasi NCS akan menyalahgunakan kewenangannya untuk memobilisasi dan mengkonsolidasikan tokoh agama, tokoh masyarakat, dan generasi muda yang kritis untuk dibungkam sehingga tidak lagi kritis dan diarahkan untuk memilih pasangan calon tertentu.
Fauzan juga menilai MK perlu meminta penjelasan Kapolri terkait adanya operasi NCS di lingkungan Polri. Ia menilai pernyataan Kapolri sangat diperlukan.
“Kami menilai pernyataan Kapolri lebih penting dibandingkan menteri yang dipanggil MK, karena menurut kami Polri merupakan institusi yang paling mampu berpotensi melakukan pelanggaran pemilu yang terstruktur, sistematis, dan masif,” tutupnya.
NewsRoom.id