NewsRoom.id – Puluhan alat kontrasepsi dan tisu bekas berserakan di ruang terbuka hijau (RTH) di Jalan Tubagus Angke, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Jumat (26/4/2024).
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Dari yang terlihat di lokasi, alat kontrasepsi tersebut berupa karet yang dicampur daun kering dan sisa makanan plastik.
Ada pula yang dibuang ke sungai dan dikubur di dalam tanah.
Tak heran jika banyak lalat dan nyamuk bertebaran dan memenuhi ruang yang seharusnya menjadi paru-paru kota.
Alih-alih menjadi paru-paru kota, ruang terbuka hijau justru menjadi tempat maksiat dan sarang penyakit.
Bahkan, banyak warga yang kerap memanfaatkan kawasan ini untuk duduk-duduk bersantai sambil memancing.
Salah satu warga bernama Koko (53) membenarkan adanya aktivitas prostitusi di kawasan tersebut.
Bukan satu dua tahun, tapi sudah berlangsung sejak tahun 1985.
Benar istilahnya tempat malam, sejak 1985. Dari tahun itu sampai sekarang malah lebih banyak lagi, kata Koko ditemui Warta Kota di Jalan Tubagus Angke, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Jumat.
Menurut dia, setiap malam mulai pukul 21.00 WIB, akan ada masyarakat yang mendirikan tenda di sepanjang Jalan Tubagus Angke.
Koko bahkan hapal jumlah dan letak tendanya.
Pasalnya, sejak tahun 1985, tempat prostitusi ilegal ini tidak berubah sedikit pun.
Kata Koko, total ada 14 tenda yang masing-masing diisi 3-4 perempuan pada malam hari atau bahkan lebih.
“(Tenda) untuk malam perempuan. Ini malam perempuan seperti itu. Gadis itu tidak terorganisir. “Setiap malam banyak sekali pengunjung yang bermain,” jelas Koko.
Koko mengatakan, biasanya pelanggan tempat prostitusi ilegal tersebut adalah pengemudi laki-laki yang lewat dan singgah untuk jajan.
Meski begitu, Koko mengaku dirinya dan warga tak bisa berbuat apa-apa meski merasa resah.
“Saya khawatir, saya tidak khawatir, apa akhir dari kebiasaan hidup itu? “Tidak bisa ditegur, dengan kata lain tidak peduli mata pencahariannya apa,” ujarnya.
Bahkan, kata Koko, di tempat itu kerap ada petugas yang melakukan penertiban.
Namun para pemain malam itu selalu bisa kabur karena bersembunyi di berbagai tempat.
“Biasanya dimulai pukul 21.00 WIB hingga 04.00 WIB. Banyak penggerebekan seperti itu, tapi kembali lagi. Artinya, ke sana (kiri Satpol PP), pasang (tenda) lagi, jelasnya.
Akibatnya, setiap pagi pekerja sanitasi setempat harus menyaksikan gambar-gambar menjijikkan dari kondom bekas yang berserakan.
Bahkan tak jarang kondom mencapai setengah karung saat dikumpulkan.
“Iya kadang dibersihkan juga. “Kadang-kadang banyak yang bertumpuk, dengan kata lain tendanya ramai, jadi banyak kondom dan tisu bekas,” tutupnya.
Sementara itu, Camat Grogol Petamburan Agus Sulaeman membenarkan pihaknya kerap melakukan penggerebekan di tempat-tempat yang diduga sarang prostitusi.
Namun hasilnya masih nihil.
Dimana, pada malam harinya pelaku selalu datang berulang kali untuk melakukan perbuatan melawan hukum tersebut.
“Tadi saya suruh kepala desa melakukan pembersihan dulu. “Kegiatan rutin kami rutin, tapi kadang ada kebocoran pengendalian sehingga tidak efektif,” kata Agus saat dihubungi, Jumat.
Oleh karena itu, Agus mengatakan pihaknya akan memaksimalkan upaya penindakan di daerah setelah fenomena tersebut terungkap.
“Memang penindakannya harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi, tapi kita ke sana secara rutin. Tapi nanti setelah kita temukan temuan seperti ini, kita akan coba penertibannya lebih maksimal,” tutupnya.
NewsRoom.id