NewsRoom.id – Baru-baru ini viral penutupan pabrik sepatu legendaris Bata di Purwakarta, Jawa Barat. Hari ini, PT Shoes Bata Tbk (Bata) mengeluarkan pernyataan resmi yang menyatakan alasan penutupan pabrik adalah demi efisiensi operasional perusahaan.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Direktur dan Sekretaris Bata Hatta Tutuko mengatakan, penutupan tersebut dilakukan untuk menjaga kelangsungan usaha dalam jangka panjang. Perusahaan melakukan inisiatif ini untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang terus meningkat melalui pemasok lokal dan mitra lainnya.
“Bata merasa perlu bertransformasi untuk melayani konsumen dengan lebih baik. Perusahaan tidak dapat lagi melanjutkan produksi di pabrik di Purwakarta dan sebagai gantinya perusahaan akan menawarkan produk-produk baru yang menarik yang dirancang dan dikembangkan oleh Bata serta produsen lokal dari pabrik mitra kami di Indonesia. “Banyak yang pernah bekerja sama dengan kami sebelumnya,” kata Hatta.
Meski demikian, Bata akan tetap berkomitmen berinvestasi di Indonesia dengan memenuhi permintaan pelanggannya. Lanjut Hatta, keputusan perseroan tentu tidak bisa dianggap enteng dan diambil setelah melalui evaluasi mendalam dan persetujuan pihak terkait.
Penyesuaian ini juga merupakan bagian dari komitmen perusahaan untuk berkembang dan beradaptasi di masa perubahan ini, ujarnya.
Hatta menambahkan, Bata akan terus beroperasi dan melayani kebutuhan masyarakat Indonesia dengan produk-produk berkualitas terbaik, terus berinovasi dan meningkatkan pengalaman pelanggan melalui saluran omnichannel (www.bata.co.id), serta mengintegrasikan pengalaman langsung dari toko fisik. dengan kemudahan belanja online.
Sebelumnya, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, menyebutkan ada lebih dari 200 orang yang terkena PHK akibat ditutupnya pabrik sepatu Bata di kawasan tersebut. Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Purwakarta Didi Garnadi mengatakan, pihaknya telah mendapat informasi dari manajemen terkait kondisi PT Sepatu Bata yang gulung tikar karena kurangnya pesanan.
Didi menuturkan, sebelum resmi ditutup, sekitar akhir Maret lalu, perseroan mengumumkan rencana penghentian produksi di pabrik yang berlokasi di Jalan Raya Cibening, Kecamatan Bungursari, Purwakarta tersebut.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah bertemu dengan manajemen PT Shoes Bata Tbk terkait isu penutupan pabrik Sepatu Bata di Purwakarta. Dalam pertemuan tersebut, manajemen PT Shoes Bata Tbk yang diwakili oleh direksi termasuk Hatta Tutuko diterima oleh Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif dan Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki (ITKAK) Adie Rochmanto Pandiangan.
Dari hasil dialog terungkap bahwa keputusan penutupan jalur produksi atau production line yang dilakukan manajemen Bata Shoes berkaitan dengan strategi bisnis yang dilakukan dalam rangka refocusing pada lini penjualannya. Hal ini menjadi langkah perseroan menghadapi persaingan di industri sepatu dalam negeri.
Direksi menyampaikan agar efisien dan memperhatikan tren pasar yang cepat dan bervariasi, PT Shoes Bata Tbk fokus pada pengembangan produk. Juga desain yang memenuhi selera pasar, kata Adie dalam pertemuan yang berlangsung di Jakarta, Selasa. Rabu (8/5/2024).
PT Shoes Bata Tbk mengatakan, pabrik Purwakarta sebenarnya hanya sebagian kecil dari keseluruhan bisnis perseroan. Begitu pula dari segi produksinya masih sangat kecil dibandingkan produsen sepatu lainnya. Oleh karena itu, menurut manajemen, penutupan pabrik Purwakarta merupakan langkah paling realistis.
Dari data yang ada, sebelum penutupan pabrik Sepatu Bata, karyawannya hanya tersisa 233 orang dan produksi hanya 30 persen dari kapasitas. Di sisi lain, terjadi pula penurunan produksi di pabrik tersebut, dari sebelumnya 3,5 juta. pasangan pada tahun 2018 menurun menjadi 1,15 juta pasangan pada tahun 2023,” kata Adie.
Dampaknya, lanjutnya, PT Shoes Bata Tbk mengalami kerugian yang semakin meningkat setiap tahunnya. Kemudian nilai aset terus menurun, ekuitas menurun, dan liabilitas terus meningkat.
Di sisi lain, penjualan Bata melalui tokonya cenderung membaik dalam dua tahun terakhir. Manajemen menyatakan merek-merek yang berada di bawah naungan PT Shoes Bata Tbk seperti North Star, Power, Marie Claire, Bubblegummers dan Weinbrenner masih tetap bertahan di hati konsumen dan memiliki preferensi yang cukup baik di mata konsumen.
“Kami melihat strategi ini penting bagi perusahaan, sama seperti merek sepatu besar global yang fokus pada pengembangan produk dan merek,” ujarnya.
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengungkapkan industri sektor padat karya perlu mendapat perhatian terkait penutupan pabrik sepatu PT Shoes Bata Tbk (BATA) di Purwakarta, Jawa Barat. “Jadi hal seperti ini, industri padat karya kita harus menjadi perhatian, karena kita melihat investasi yang masuk sekarang juga mulai beralih dari sektor padat karya ke padat modal, karena akan semakin mempersulit tenaga kerja. sektor yang intensif saat ini,” kata Ketua Umum Apindo Shinta W Kamdani di Jakarta, Rabu.
Shinta mengatakan, jika melihat faktor permintaan secara keseluruhan, tidak hanya dalam negeri, tapi juga permintaan dari luar negeri, ia melihat permintaan ekspor mengalami penurunan tajam. “Ini kembali ke persoalan biaya yang terus meningkat, dan pada akhirnya perusahaan seperti Bata, meski sudah lama hadir di Indonesia, harus melihat apakah masih layak untuk dijadikan bisnis,” ujarnya. .
Memang melihat kondisi saat ini, dengan daya saing dan sebagainya dirasa tidak layak untuk dilanjutkan. Dengan kondisi geopolitik yang ada dan dampaknya terhadap Indonesia, hal ini juga mempengaruhi penyerapan pasar luar negeri dan juga berlaku untuk pasar ekspor.
Sedangkan untuk pasar dalam negeri harus melihat faktor daya belinya, karena dengan kondisi seperti ini tentu akan terjadi penurunan daya beli yang harus diperhitungkan. Jadi untuk industri seperti Bata, bukan hanya sekarang saja, tapi dia juga berjalan, dia sudah melakukan evaluasi dan terlihat juga kondisi saat ini semakin buruk sehingga tidak bisa bertahan lagi, kata Shinta. .
NewsRoom.id