NewsRoom.id -Jakarta harus dipimpin oleh orang yang bisa berkolaborasi dengan pemerintah pusat. Jadi sosok yang memimpin Jakarta tidak bisa orang yang ingin berkarir di bidang politik.
Hal itu disampaikan mantan Menteri ESDM Sudirman Said saat menghadiri acara halalbihalal ulama dan tokoh lintas etnis serta rapat pimpinan DKJ 2024 di Pondok Pesantren Abdurrahman Wahid Soko Tunggal, Cipinang, Jakarta Timur, Kamis. (23/5).
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Ada tiga poin terkait kepemimpinan Jakarta. Pertama, kata Sudirman, Jakarta harus dipimpin oleh gubernur yang bisa bekerja sama dengan baik dengan pemerintah pusat.
Sebab Jakarta akan mengalami peralihan dari ibu kota menjadi kota global secara hukum, menjadi pusat perekonomian, pusat pelayanan, pusat kegiatan perekonomian. Jadi sebaiknya Gubernur Jakarta kelak menjadi ibu kota. pihak yang dapat berkolaborasi dengan pemerintah pusat. “Tidak baik jika Gubernur Jakarta berselisih karena banyak persoalan transisi yang harus diselesaikan,” kata Sudirman.
“Setidaknya ada 15 otoritas khusus, yang mengurusi perumahan, kesehatan, pendidikan, pariwisata, investasi, lingkungan hidup dan sebagainya. Pertama, harus ada yang nyaman bekerja sama atau menerima kerja sama dengan pemerintah pusat,” dia melanjutkan.
Kemudian poin kedua, Jakarta harus dipimpin oleh seorang gubernur yang fokus menyelesaikan berbagai permasalahan. Ia mengatakan Jakarta tidak boleh dipimpin oleh orang-orang yang ingin berkarir di bidang politik dan ingin dijadikan batu loncatan.
Kedua, karena transisi ini merupakan pekerjaan besar, maka sebaiknya yang memimpin Jakarta adalah orang yang benar-benar ingin fokus menyelesaikan masalah, bukan orang yang sedang mencari langkah selanjutnya dalam karir politiknya. Jakarta sebaiknya tidak dilanjutkan. untuk dijadikan batu loncatan, batu loncatan,” ujarnya.
Poin ketiga, Jakarta masih bergulat dengan masalah kemiskinan. Ia mengatakan, masih banyak kawasan kumuh di Jakarta.
Ketiga, ini yang saya sampaikan, kebetulan kita di daerah itu, 40 persen penduduk kita di Jakarta masih ada yang miskin atau setengah miskin atau hampir miskin. Sebanyak 22 persennya tinggal di kawasan kumuh. Kemudian 1,2 juta menjadi sepeda motor. Operator taksi yang 500 ribu di antaranya masuk kategori miskin absolut. “Kalau dikalikan dengan kelompok semi miskin bisa mencapai lebih dari satu juta orang,” jelas Sudirman.
“Itu berarti tantangan besar yang harus dihadapi oleh para pemimpin masa depan. Nah itu yang saya rasakan juga, kalau ada kesempatan untuk melakukan sesuatu itu yang harus kita perhatikan. Jadi mengangkat kelompok 40 persen terbawah, ini tentang beberapa hal, ujarnya.
NewsRoom.id