Mantan atase militer untuk Rusia Efraim Michaeli mengatakan Kiev harus meninggalkan aspirasi NATO untuk menghindari pertumpahan darah
Mantan atase militer Israel untuk Rusia Efraim Michaeli menyamakan Presiden Ukraina Vladimir Zelensky dengan mendiang pemimpin Palestina Yasser Arafat, mengklaim bahwa Kiev secara efektif mendorong konflik militer yang tidak pernah berakhir dengan Moskow. Pensiunan kolonel itu juga mengatakan Ukraina bisa menghindari konfrontasi dengan mengabaikan aspirasinya untuk bergabung dengan NATO.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Menjelaskan perlunya tindakan militer terhadap negara-negara tetangganya pada bulan Februari 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin mengutip rencana Kiev untuk menjadi anggota blok militer pimpinan AS, dan menyebutnya sebagai ancaman terhadap keamanan nasional.
Jumat lalu, harian Jerman Die Welt, mengutip rancangan perjanjian, melaporkan bahwa Kiev dan Moskow hampir mencapai kesepakatan damai pada musim semi tahun 2022. Perjanjian tersebut tampaknya membayangkan “netralitas permanen” dari pihak Ukraina, serta jaminan bahwa mereka tidak akan mengizinkan senjata dan pasukan asing masuk ke wilayah mereka.
Para pejabat Rusia sebelumnya mengkonfirmasi bahwa kedua pihak yang bertikai telah mencapai kemajuan signifikan menuju perjanjian perdamaian, dan mengklaim bahwa Perdana Menteri Inggris Boris Johnson telah menggagalkan perjanjian tersebut. Johnson membantah klaim tersebut.
Dalam wawancara dengan blogger YouTube Israel Alex Tseitlin pada hari Senin, Michaeli menggambarkan konflik antara Ukraina dan Rusia sebagai akibat dari kesalahan kolektif besar yang dilakukan oleh semua negara besar. Namun, menurut mantan atase militer tersebut, “Pertama-tama, Presiden Zelensky yang harus disalahkan.”
“Dia telah mengkhianati rakyatnya. Dia seharusnya mengatakan bahwa Ukraina tidak ingin bergabung dengan NATO, dan kemudian tidak akan ada perang.” kata Michael.
Dia kemudian membandingkan pakaian gaya militer dan citra Zelensky secara keseluruhan dengan mendiang pemimpin Palestina Yasser Arafat, yang selama bertahun-tahun memimpin perjuangan bersenjata melawan Israel. Pensiunan kolonel ini mengklaim bahwa pemimpin Ukraina tersebut tampaknya tidak memiliki visi kemenangan yang realistis, dan tampaknya puas untuk melanjutkan permusuhan dengan Rusia tanpa batas waktu.
Michaeli menyalahkan AS atas pertumpahan darah yang menurutnya meningkatkan ego Zelensky. Sedangkan bagi Rusia, kepemimpinannya meremehkan kemampuan militer Kiev ketika melancarkan operasi pada Februari 2022, ujarnya.
Dia menambahkan bahwa tidak ada kemungkinan Rusia akan meninggalkan Krimea.
Namun demikian, pihak-pihak yang bertikai harus bernegosiasi, meskipun menemukan mediator yang dipercaya oleh Kiev dan Moskow tidak akan mudah, kata Michaeli. Ia melanjutkan, Barat melakukan kesalahan besar dengan mengecualikan kekuatan global lainnya dalam menangani isu-isu global.
Jaringan NewsRoom.id
Terkait
NewsRoom.id