Saat Bung Karno Memuji 'Wahabi'

- Redaksi

Senin, 13 Mei 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh: FITRIYAN ZAMZAMI

IKLAN

GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN

“Mari kita berpikir sejenak tentang 'gurun' dan 'Wahhabisme'. Kita tahu keutamaan terbesar Wahhabisme: mewakili kesucian, mewakili keaslian, murni dan orisinal seperti udara gurun, kembali ke asal, kembali kepada Tuhan. dan Nabi, “Kembali ke Islam di zaman Muhammad! Kembali ke kesucian, ketika Islam belum dipenuhi dengan kekotoran seribu satu tahajul dan seribu satu ajaran sesat. Buanglah tahajul dan ajaran sesat itu, buanglah segala sesuatu yang membawa kemusyrikan!”

Begitulah yang ditulis proklamator Sukarno dalam bukunya Di Bawah Panji Revolusi. Jarang diketahui Bung Karno tertarik dengan ajaran Islam murni yang beriringan dengan Kerajaan Saudi.

Ketertarikan ini muncul ketika Bung Karno mempelajari Islam secara intensif sepanjang tahun 1930-an saat dipenjara di Sukamiskin, Bandung, dan kemudian di Ende, Kepulauan Flores. Di Ende, ia dibimbing dari jauh oleh pendiri ormas Persis, A Hassan. Dari surat-suratnya kita mengetahui bahwa Bung Karno saat itu cenderung ke arah Islam yang lebih puritan. Ia bahkan meminta untuk menerjemahkan biografi Abdulaziz bin Saud, raja Arab Saudi yang juga pelindung penyucian yang diberitakan Muhammad bin Abdul Wahab sejak abad ke-18.

Bung Karno meminta buku tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Salah satu alasannya adalah untuk membantu perekonomian keluarga. Namun, ada juga alasan lain. “Bagi saya, buku ini bukan sekedar ikhtiar ekonomi, tapi juga sebuah pengakuan, sebuah pengakuan. “Buku ini menggambarkan Ibnu Saud dan Wahhabisme sedemikian rupa, mendorong unsur amal, amalan sedemikian rupa sehingga banyak 'tafakur' dan pengikut Husain cs (Syiah) yang kehilangan akal,” tulis Bung Karno.

Ia berharap terjemahannya juga dapat disosialisasikan kepada masyarakat untuk membentuk kepribadiannya. “Dan semoga kedepannya banyak masyarakat Indonesia yang membaca buku ini, sehingga bisa mengambil inspirasi darinya. Karena sebenarnya buku ini penuh dengan inspirasi. Inspirasi bagi kita untuk memiliki bangsa yang suram dan berhati gelap.”

Namun jauh sebelum itu, Bung Karno sudah lebih dekat dengan gerakan purifikasi Islam. “Saya tidak pernah mendapat pendidikan agama secara rutin karena ayah saya tidak mempelajarinya secara mendalam. Saya mengenal Islam pada usia 15 tahun, ketika saya bergabung dengan keluarga Pak Tjokro (HOS Tjokroaminoto). Tergabung dalam organisasi keagamaan dan sosial bernama Muhammadiyah. Gedung pertemuannya terletak di seberang rumah kami “Di Alley Paneleh. “Sebulan sekali, dari pukul delapan hingga tengah malam, seratus orang berkumpul untuk mendengarkan pelajaran agama yang dilanjutkan dengan sesi tanya jawab,” ujarnya dalam “The People’s Mouthpiece”, otobiografi yang ia tulis bersama Cindy Adam. .

Kami memahami bahwa Islam yang diajarkan Pak Tjokro adalah agama yang rasional dan mengutamakan keadilan sosial. Sementara itu, Muhammadiyah sudah lama menjadi penentang TBC alias takhayul, bid'ah, dan khurafat.

Tak hanya lewat surat, sejumlah praktik Wahhabi juga dilakukan keluarga Sukarno. Salah satu istri Sukarno, Fatmawati, mengatakan keluarganya tidak pernah melakukan ritual adat terkait kelahiran anak dan lain sebagainya. Dalam bahasa Fatmawati, mereka hanya melakukan apa yang sesuai dengan Alquran, Sunnah dan apa yang diajarkan guru.”

Masyarakat sering mengasosiasikan ilmu gaib dengan Bung Karno sehingga terkesan jauh dari gerakan penyucian Islam. Namun dalam pernyataannya sendiri, Bung Karno justru menyatakan bahwa hal tersebut antiklenik.

Alkisah, pada tahun 1962 Indonesia dilanda kemarau panjang. Di tengah kondisi tersebut, seperti diceritakan ajudan Bung Karno, Bambang Widjanarko, dalam “Sewindu Dekat Bung Karno”, ada seorang pria datang ke Istana Negara.

Pria itu datang membawa hadiah istimewa. Diakuinya, yang dibawanya merupakan keris peninggalan zaman Majapahit. Menurutnya, keris lengkung lima alias Lux itu membawa keberuntungan dan bisa mengabulkan keinginan pemiliknya.

Bung Karno kemudian bertanya, apa imbalan yang diminta tamu tersebut atas keris tersebut? Jawabannya adalah satu mobil. Bagaimana tanggapan Bung Karno?

“Cobalah cabut keris itu dan minta hujan turun sederas-derasnya agar rumput di kebunku segar dan hijau kembali,” kata Bung Karno dikutip Bambang Widjanarko. Bambang mengatakan, pembawa hadiah keris itu langsung terdiam.

“Kalau sekarang tidak bisa, bawalah kerisnya dulu dan minta hujan terus. “Jika malam ini atau besok pagi benar-benar hujan, saya akan memenuhi janji saya untuk memberikan Anda dua mobil,” lanjut Bung Karno. Tentu saja si pembawa keris tidak bisa mengabulkan permintaan tersebut. Ia kemudian pulang ke rumah tanpa hasil meski keris tersebut tetap diberikan sebagai hadiah kepada Presiden.

Tongkat kondang yang sering dibawa Bung Karno ini juga beberapa kali dipertanyakan oleh kepala negara lainnya. Terkait pertanyaan tersebut, Bung Karno selalu menekankan keadilan tongkatnya yang merupakan hadiah dari Presiden Filipina Elpido Quirino. “Ini hanya kayu biasa, saya bawa hanya untuk menunjukkan kedudukan kepala negara,” kata Bung Karno suatu ketika. Ia bahkan mempersilakan Menteri Transmigrasi dan Koperasi Achadi untuk membawa tongkat tersebut jika ia tidak yakin itu tongkat biasa.

Bung Karno juga diketahui beberapa kali membawa keris peninggalan Perang Puputan di Bali. Ada yang menganggap ada keberuntungan di dalam keris tersebut. Sementara Bung Karno menjawab, keris itu hanya sekedar pengingat perlawanan masyarakat Bali terhadap penjajah.

Meski saat ini patung Sukarno sudah tersebar, namun yang bersangkutan sebenarnya tidak suka dengan bid'ah terhadap orang tersebut. Salah satu indikasinya adalah pada tahun 1961, Sukarno tiba-tiba memerintahkan pembongkaran rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 yang menjadi lokasi pembacaan proklamasi. Pada tahun 1960, pada masa pemerintahan Gubernur Henk Nhang, rumah ini digunakan sebagai Bangunan Pola untuk mempersiapkan program pembangunan. Seperti Bappenas sekarang.

Dalam bukunya Kenangan sebagai Kepala Daerah, Henk Nhang menulis, “Ide membangun Pattern Building memang bagus. Namun, dengan adanya pembongkaran dan pengorbanan Gedung Proklamasi 56 Pegangsaan Timur, menurut saya memalukan dan aneh. Henk memaparkan kisahnya mengunjungi Bung Karno di istana untuk meminta agar bangunan bersejarah itu tidak dibongkar. Ia melontarkan pertanyaan, “Haruskah keputusan Bung Karno tidak ditinjau ulang?” Sebelumnya, banyak orang yang menanyakan hal ini kepada Bung Karno. Bung Karno menjawab singkat, “Apakah Anda juga termasuk orang yang ingin memamerkan celana serut saya (di rumah).”

NewsRoom.id

Berita Terkait

Sakamoto Days Sepertinya Shonen Hit Pertama di Tahun 2025
Betapa Jahatnya Melampaui Pemasaran Tradisional
Laser yang Menghasilkan Bayangan? Fisika Mengalami Perubahan yang Mengejutkan
Para martir, korban luka-luka dilaporkan dalam serangan Israel di Lebanon
Ilmuwan Mengungkap Kasus COVID yang Sudah Lama Tersembunyi, Tiga Kali Lipat Perkiraan Sebelumnya
Sekretariat Kabinet Republik Indonesia | Presiden Prabowo dan Presiden Luong Cuong Bahas Penguatan Kemitraan Strategis Indonesia-Vietnam Presiden Prabowo dan Presiden Luong Cuong Bahas Penguatan Kemitraan Strategis Indonesia-Vietnam
Sampul minggu ini
Inilah trik untuk mendapatkannya seharga $239, bukan $649 sebelum Black Friday

Berita Terkait

Senin, 18 November 2024 - 03:22 WIB

Sakamoto Days Sepertinya Shonen Hit Pertama di Tahun 2025

Senin, 18 November 2024 - 01:18 WIB

Betapa Jahatnya Melampaui Pemasaran Tradisional

Senin, 18 November 2024 - 00:16 WIB

Laser yang Menghasilkan Bayangan? Fisika Mengalami Perubahan yang Mengejutkan

Minggu, 17 November 2024 - 23:45 WIB

Para martir, korban luka-luka dilaporkan dalam serangan Israel di Lebanon

Minggu, 17 November 2024 - 23:14 WIB

Ilmuwan Mengungkap Kasus COVID yang Sudah Lama Tersembunyi, Tiga Kali Lipat Perkiraan Sebelumnya

Minggu, 17 November 2024 - 21:09 WIB

Sampul minggu ini

Minggu, 17 November 2024 - 20:07 WIB

Inilah trik untuk mendapatkannya seharga $239, bukan $649 sebelum Black Friday

Minggu, 17 November 2024 - 18:33 WIB

Mendandani Usia Menengah yang Bijaksana dan Mendefinisikan Ulang Kemewahan Modern

Berita Terbaru

Headline

Sakamoto Days Sepertinya Shonen Hit Pertama di Tahun 2025

Senin, 18 Nov 2024 - 03:22 WIB

Headline

Betapa Jahatnya Melampaui Pemasaran Tradisional

Senin, 18 Nov 2024 - 01:18 WIB