7 Fakta Kematian Siswa SMP di Padang Diduga Dianiaya Polisi, Saksi Lihat Kendaraan Korban Ditendang

- Redaksi

Senin, 24 Juni 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

NewsRoom.id – Meninggalnya seorang anak bernama Afif Maulana (13) di Padang, Sumatera Barat (Sumbar), menyisakan tanda tanya.

Afif ditemukan tewas dengan luka lebam di bawah jembatan Batang Kuranji, Kota Padang, Sumatera Barat, pada Minggu (9/6/2024) sore.

IKLAN

GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN

Jenazah siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 5 Padang ditemukan warga yang sedang membuang sampah.

Berdasarkan pemeriksaan, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang menduga korban meninggal karena disiksa petugas polisi yang sedang patroli tawuran.

Berdasarkan hasil pemeriksaan LBH, diketahui almarhum merupakan korban penganiayaan polisi yang diduga dilakukan anggota Sabhara Polda Sumbar, kata Direktur LBH Padang Indira Suryani, Kamis (20/6). . /2024) dikutip dari TribunPadang.com.

Namun dugaan tersebut dibantah oleh Polda Sumbar.

Pihaknya kini tengah mengusut kasus meninggalnya Afif Maulana.

Selengkapnya, berikut fakta meninggalnya Afif Maulana yang dirangkum Tribunnews.com:

1. LBH Padang: Saksi melihat motor Afif ditendang

Berdasarkan keterangan teman korban berinisial A, Minggu (9/6/2024) sekitar pukul 04.00 WIB, ia bersama AM sedang mengendarai sepeda motor di jembatan arus By Pass Batang Kuranji.

Malam harinya, dikabarkan terjadi tawuran antar pemuda di lokasi tersebut.

Kemudian, pada saat yang sama, korban AM dan A sedang mengendarai sepeda motor dan didekati polisi yang sedang berpatroli.

Saat itu polisi menendang kendaraan korban AM hingga terjatuh ke pinggir jalan. Saat menabrak korban AM, jaraknya sekitar dua meter dari korban A, kata Indira.

Indira mengatakan, saat itu korban A ditahan dan melihat korban AM dikepung polisi, namun keduanya dipisahkan.

“Saat ditangkap polisi, korban A melihat korban AM berdiri dikelilingi petugas polisi yang memegang rotan. “Sampai saat ini korban A tidak pernah melihat korban AM lagi,” ujarnya.

Kemudian, di hari yang sama, jenazah AM ditemukan mengambang di Batang Kuranji.

2. Mengalami memar

Kondisi AM saat ditemukan penuh luka lebam.

Berdasarkan hasil otopsi yang diungkap polisi, AM meninggal dunia akibat patah tulang rusuk dan enam paru-paru kolaps.

Keluarga korban diberitahu polisi bahwa AM meninggal karena 6 tulang rusuknya patah dan paru-parunya kolaps, kata Indira.

Atas kejadian tersebut, ayah kandung korban AM membuat laporan ke Polsek Padang.

3. Teman Afif diinterogasi dan disiksa

Selain itu, jelas Indira, berdasarkan temuan LBH, masih ada tujuh korban lagi dan lima di antaranya masih anak-anak.

Kata dia, korban diduga dianiaya polisi dan saat ini sedang dalam proses pengobatan mandiri.

Pengakuannya tersengat listrik, perutnya disulut rokok, kepalanya lebam, dan pinggangnya bolong, ujarnya.

Katanya, berdasarkan keterangan salah satu korban, mereka dipaksa mencium sesama jenis.

Selain penyiksaan, ada juga kekerasan seksual. “Kami cukup kaget mendengar pernyataan para korban, tidak hanya kekerasan fisik, tapi juga kekerasan seksual,” kata Indira.

“Saat kami bertemu dengan korban dan keluarganya, mereka sangat ketakutan dengan situasi tersebut,” ujarnya.

LBH Padang juga meminta polisi mengusut tuntas kasus tersebut tanpa menutup-nutupi.

4. 30 Anggota Polrestabes Padang Diperiksa

Sepeninggal Afif, 30 petugas polisi diperiksa Propam Polda Sumbar dan Polres Padang.

Selain itu, 35 warga dimintai keterangan sebagai saksi.

Wakil Kapolres Padang AKBP Ruly Indra Wijayanto mengatakan, pihaknya belum menahan 30 anggota yang diperiksa tersebut karena masih sebatas meminta keterangan.

“Ada 30 anggota Samapta (Polda Sumbar) yang diperiksa. Nanti masih kita minta keterangan, kita sinkronisasi dengan saksi-saksi lain, kita minta waktu untuk mengungkap kasus ini. Propam Polda Sumbar dan Polres Padang, kata AKBP Ruly, Jumat (21/6/2024).

5. Bantahan Kapolda Sumbar

Kapolda Sumbar Irjen Suharyono memberikan penjelasan terkait meninggalnya Afif.

Suharyono membantah alasan polisi menganiaya korban.

Dia menjelaskan, malam itu terjadi tawuran.

Pihaknya kemudian mengerahkan 30 personel untuk membubarkan massa.

Pelaku aksi diduga melakukan aksi tawuran ini dengan membawa senjata tajam dan berhasil disita enam unit.

Lalu di sini perlu kita klarifikasi, bahwa itu sudah viral di media massa, pembenarannya seolah-olah polisi melakukan kesalahan, polisi telah menganiaya seseorang sehingga mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain.

Tapi tidak ada bukti atau saksi sama sekali, katanya

Disebutkan, dalam kejadian tersebut petugas juga menangkap 18 orang yang diduga ingin melakukan tawuran, dan belum diketahui nama Afif Maulana yang dibawa ke Polsek Kuranji.

Namun sebelum jenazah ditemukan di bawah Jembatan Kuranji, berdasarkan informasi Adit yang digendong, Afif Maulana dipersilakan masuk ke sungai agar aman dari kejaran polisi.

Jadi sudah ada kesaksian Afif Maulana berencana masuk sungai atau menceburkan diri ke sungai, kata Irjen Pol Suharyono.

6. Polisi Mencari Pembuat Konten

Usai memeriksa 30 anggota Sabhara Polda Sumbar, giliran penyidik ​​memeriksa para pembuat konten media sosial terkait penemuan jenazah Afif.

Alasan penyidik ​​memeriksa pembuat konten tersebut adalah untuk memastikan sejumlah hal.

Apalagi konten viral tersebut memunculkan berbagai spekulasi di masyarakat.

“Kami berupaya agar yang bersangkutan dimintai keterangan, sejauh mana dan apa yang dia ketahui tentang apa yang disampaikan di media sosial,” kata Suharyono.

7. Surat keterangan orang tua korban

Ayah korban, Rinal, mengatakan, sepengetahuannya Afif pergi berenang bersama kerabatnya pada 8 Juni 2024 dan pulang pada pukul 18.00 WIB.

Komunikasi terakhir terjadi pada pukul 22.30 WIB melalui video call WhatsApp.

Saat itu, Afif mengaku sedang berada di Cengkeh, Pasar Ambacang, Kecamatan Kuranji.

Afif mengaku sedang berada di rumah temannya dan hendak menonton sepak bola pada pukul 23.30 WIB.

“Saya bertanya jam berapa dia pulang. Dia menjawab jam 02.00 tapi saya tegur dan menyuruhnya tidur di rumah temannya karena takut ada perampok.

“Saat itu dia mengirimkan video dirinya sedang memasak mie bersama teman-temannya,” kata Rinal, Kamis (20/6/2024) sore.

Namun Afif tidak pernah pulang. Pada tanggal 9 Juni 2024 sekitar pukul 11.00 WIB, Rinal kembali menelepon putranya, namun nomor ponselnya tidak dapat dihubungi lagi.

Rinal mendapat informasi dari Polsek Kuranji bahwa Afif meninggal dunia akibat tawuran dan dilakukan autopsi di RS Bayangkara.

“Kemudian dia melapor ke polisi dan diberitahu bahwa AM meninggal dunia akibat tawuran serta mengalami patah tulang rusuk dan enam paru patah,” ujarnya.

Rinal mengatakan, jenazah Afif ditemukan dengan banyak luka memar dan bekas sepatu di perutnya.

“Banyak lebamnya, di perut, di punggung, di pinggang, di perut seperti bekas sepatu besar, di tangan penuh lebam. “Ada yang luka, kata polisi, karena terjatuh atau melompat, lalu saya katakan tidak mungkin karena kalau terjatuh patah,” ujarnya.

Menurut Rinal, Afif adalah anak yang baik. Ia tak percaya putranya terlibat tawuran seperti yang dikatakan polisi.

“Dikatakan juga karena tawuran, tapi saya tidak yakin. Apalagi melihat kejanggalan pada tubuh korban. Teman-teman yang selamat dan saya temui mengatakan itu bukan tawuran, dan tidak ada saksi. “Siapa yang melihat mereka berkelahi,” katanya.

NewsRoom.id

Berita Terkait

Jangan berharap Robert Eggers dari Nosferatu akan menjadi kontemporer dalam waktu dekat
Orang yang berpenghasilan tertinggi dapat memperoleh $620.000 setahun
Revolusi Polusi Plastik: Teknologi Katalis Baru Mengubah Sampah Menjadi Bahan Bakar Berharga
Pengawasan AI: Studi Baru Mengungkap Risiko Tersembunyi terhadap Privasi Anda
Sampul minggu ini | Edisi 25 Januari 2025
Perusahaan Alat Kesehatan Menghentikan Rumah Sakit Memperbaiki Mesinnya Sendiri
Mata Uang Budaya Permainan yang Dianut oleh The Met Museum
Sederhana namun Efektif: Ilmuwan Mengidentifikasi Senjata Ampuh dalam Melawan Alzheimer

Berita Terkait

Jumat, 24 Januari 2025 - 09:19 WIB

Jangan berharap Robert Eggers dari Nosferatu akan menjadi kontemporer dalam waktu dekat

Jumat, 24 Januari 2025 - 07:15 WIB

Orang yang berpenghasilan tertinggi dapat memperoleh $620.000 setahun

Jumat, 24 Januari 2025 - 06:44 WIB

Revolusi Polusi Plastik: Teknologi Katalis Baru Mengubah Sampah Menjadi Bahan Bakar Berharga

Jumat, 24 Januari 2025 - 05:43 WIB

Pengawasan AI: Studi Baru Mengungkap Risiko Tersembunyi terhadap Privasi Anda

Jumat, 24 Januari 2025 - 03:38 WIB

Sampul minggu ini | Edisi 25 Januari 2025

Jumat, 24 Januari 2025 - 00:32 WIB

Mata Uang Budaya Permainan yang Dianut oleh The Met Museum

Kamis, 23 Januari 2025 - 23:30 WIB

Sederhana namun Efektif: Ilmuwan Mengidentifikasi Senjata Ampuh dalam Melawan Alzheimer

Kamis, 23 Januari 2025 - 22:28 WIB

Membuka Kecepatan Cahaya: Masa Depan Penyimpanan Data Telah Tiba

Berita Terbaru

Headline

Sampul minggu ini | Edisi 25 Januari 2025

Jumat, 24 Jan 2025 - 03:38 WIB