NewsRoom.id – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pada Mei lalu mengatakan distribusi dokter spesialis menjadi salah satu permasalahan akut di Indonesia. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga berupaya menyelesaikan permasalahan pemenuhan rasio kebutuhan dokter spesialis di Indonesia dengan membuka enam program studi (prodi) di rumah sakit pendidikan besar.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Permasalahan lain di Indonesia adalah distribusi dokter spesialis. Hampir 80 tahun kemerdekaan Indonesia tidak pernah terselesaikan, kata Budi dikutip Antara.
Untuk mampu memenuhi kebutuhan dokter spesialis sesuai rasio yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 0,28 per 1.000 penduduk di Indonesia, Budi memperkirakan Indonesia membutuhkan waktu 15 tahun untuk memenuhinya melalui kehadiran 117 dokter spesialis. fakultas.
Menyikapi hal tersebut, Kementerian Kesehatan melalui program Transformasi Kesehatan memfasilitasi rumah sakit pendidikan di 420 rumah sakit untuk melatih lebih banyak dokter dan dokter spesialis di luar jalur universitas.
“Kami memiliki 3.000 rumah sakit, 420 rumah sakit sebagai rumah sakit pendidikan untuk melatih lebih banyak dokter dan dokter spesialis. “Dengan begitu, pemenuhan dokter dan dokter spesialis di seluruh Indonesia akan lebih cepat,” ujarnya.
Peluncuran program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit berlangsung pada tanggal 6 Mei 2024 di Rumah Sakit Anak dan Ibu Harapan Kita, Jakarta Barat. Menurut Budi, program tersebut akan memprioritaskan dokter laki-laki daerah sebagai peserta pendidikan dokter spesialis di rumah sakit pendidikan.
“Kedepannya penyediaan dokter spesialis ke seluruh daerah dilakukan secara bersama-sama, baik melalui pendidikan universitas maupun pendidikan berbasis rumah sakit,” ujarnya.
Pada tahap awal ini, kata Budi, terdapat enam program studi kedokteran spesialis di enam rumah sakit pendidikan utama, yaitu spesialis mata, jantung, anak, saraf, ortopedi, dan onkologi. Enam rumah sakit pendidikan yang dimaksud adalah RS Mata Cicendo, RS Ortopedi Soeharso, RS Pusat Otak Nasional (PON), RS Kanker Dharmais, RSAB Harapan Kita, dan RSJPD Harapan Kita.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga menyoroti permasalahan kekurangan dokter spesialis di daerah, khususnya di Provinsi Kepulauan. Jokowi mengatakan rasio dokter terhadap jumlah penduduk sangat rendah.
“Tetapi keluhan di wilayah utama di provinsi kepulauan ini adalah selalu tidak ada dokter spesialis. Ini pekerjaan rumah besar kita menurut saya. Karena rasio jumlah dokter dan jumlah penduduk, saya terkejut. Saya baru baca tadi pagi 0,47 dari 1000. Peringkat 147 dunia, sangat-sangat rendah, kata Jokowi, saat meresmikan peluncuran pendidikan dokter spesialis berbasis Rumah Sakit Pendidikan Penyelenggara Utama (RSP-PU), Senin (6 /5/2024).
Bahkan di ASEAN, lanjut Jokowi, jumlah dokter spesialis Indonesia berada di peringkat sembilan besar. Selain itu, jumlah dokter umum di Indonesia tercatat masih mengalami kekurangan hingga 124 ribu dan dokter spesialis masih kekurangan 29 ribu.
Untuk itu, Jokowi menekankan perlunya segera memperbanyak jumlah dokter di berbagai daerah. Sehingga berbagai peralatan kesehatan yang telah disediakan pemerintah juga dapat bermanfaat.
“Jumlah ini bukan jumlah yang sedikit. Ini harus segera diisi. “Jangan sampai peralatan yang sudah sampai di kabupaten dan kota terbuang sia-sia karena dokter spesialisnya belum ada,” ujarnya.
Menurut Jokowi, saat ini Indonesia hanya mampu mencetak 2.700 dokter spesialis setiap tahunnya. Selain itu permasalahan lainnya adalah ketimpangan distribusi dokter di berbagai daerah. Jokowi mengatakan, 59 persen dokter spesialis terkonsentrasi di Pulau Jawa dan perkotaan.
Karena itu, Jokowi pun menekankan perlunya melakukan terobosan-terobosan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Untuk mencetak lebih banyak dokter spesialis, Jokowi menilai perlu mengoptimalkan universitas dan rumah sakit yang ada. Saat ini terdapat 24 fakultas kedokteran dan 420 rumah sakit.
Sementara itu, presiden terpilih, Prabowo Subianto, pada Februari 2024 berjanji akan menambah jumlah fakultas kedokteran di Indonesia untuk mempercepat penyelesaian masalah kekurangan dokter. Hal itu diungkapkannya dalam segmen pemaparan visi, misi, dan program pada debat final di Jakarta Convention Center, di kawasan Senayan, Jakarta, Minggu (4/2/2024).
“Kita kekurangan dokter sekitar 140 ribu dan akan segera kita atasi dengan menambah fakultas kedokteran di Indonesia dari saat ini 92, kita akan bangun 300 fakultas kedokteran,” ujarnya dikutip Antara.
Selain membangun 300 fakultas kedokteran, ia juga mengatakan akan mengirimkan 10 ribu siswa SMA berprestasi untuk belajar kedokteran dan 10 ribu lagi untuk belajar sains, teknologi, teknik, matematika (STEM) serta kimia, biologi, dan fisika.
“Kita mengambil alih teknologi, kita mengambil ilmu pengetahuan,” katanya.
Dalam kesempatan itu, pasangan Gibran Rakabuming Raka juga mengatakan akan membangun rumah sakit dan puskesmas modern di setiap daerah di Indonesia untuk mengatasi permasalahan kesehatan di Tanah Air. “Di bidang kesehatan, kami akan membangun rumah sakit modern di setiap kabupaten dan kota, serta puskesmas modern di setiap desa di seluruh Indonesia,” kata Prabowo.
NewsRoom.id