Kesamaan Universal Mengaitkan Kepakan Sayap Paus dengan Kepakan Sayap Nyamuk

- Redaksi

Senin, 24 Juni 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Peneliti Denmark mengembangkan persamaan universal yang memprediksi frekuensi kepakan sayap dan sirip berbagai hewan menggunakan massa tubuh dan luas sayap. Kredit: SciTechDaily.com

Para peneliti dari Universitas Roskilde di Denmark telah mengembangkan persamaan universal yang secara efektif dapat memprediksi frekuensi kepakan sayap dan sapuan sirip yang dilakukan oleh burung, serangga, kelelawar, dan paus. Penelitian inovatif ini baru-baru ini dipublikasikan di jurnal PLOS SATU.

Kemampuan terbang telah berevolusi secara mandiri pada berbagai kelompok hewan. Para ahli biologi berteori bahwa untuk meminimalkan pengeluaran energi selama penerbangan, frekuensi resonansi alami sayap harus menentukan frekuensi kepakan sayap. Namun, menemukan deskripsi matematis universal tentang penerbangan mengepak terbukti sulit.

Dalam studinya, para peneliti menggunakan analisis dimensi untuk menghitung persamaan yang menggambarkan frekuensi kepakan sayap burung terbang, serangga, dan kelelawar, serta kepakan sirip hewan menyelam, termasuk penguin dan paus.

Validasi Empiris Persamaan Universal

Para peneliti menemukan bahwa hewan terbang dan menyelam mengepakkan sayap atau siripnya dengan frekuensi yang sebanding dengan akar kuadrat massa tubuh dibagi luas sayap. Mereka mengujinya ketepatan persamaan dengan merencanakan prediksinya berdasarkan data yang dipublikasikan mengenai frekuensi kepakan sayap lebah, ngengat, capung, kumbang, nyamuk, kelelawar, dan burung mulai dari ukuran burung kolibri hingga angsa.

Data frekuensi kepakan sayap berbagai hewan terbang versus akar kuadrat massa hewan dibagi luas sayap/sirip. Kredit: Jensen dkk., 2024, PLOS ONE, CC-BY 4.0 (

Perbandingan Lintas Spesies dan Wawasan Sejarah

Mereka juga membandingkan prediksi persamaan tersebut dengan data yang dipublikasikan mengenai frekuensi sirip penguin dan beberapa penguin lainnya jenis paus, termasuk paus bungkuk dan paus hidung botol utara. Hubungan antara massa tubuh, luas sayap, dan frekuensi kepakan sayap menunjukkan sedikit variasi pada hewan terbang dan menyelam, meskipun ada perbedaan besar dalam ukuran tubuh, bentuk sayap, dan sejarah evolusi.

Selain itu, para peneliti menunjukkan bagaimana persamaan mereka dapat memberikan wawasan tentang frekuensi kepakan sayap spesies yang punah. Dengan menggunakan persamaan mereka, para peneliti memperkirakan bahwa pterosaurus Quetzalcoatlus northropi yang telah punah, hewan terbang terbesar yang diketahui, mengepakkan sayapnya seluas 10 meter persegi pada frekuensi 0,7 hertz.

Implikasinya terhadap Biologi dan Teknologi Masa Depan

Studi tersebut menunjukkan bahwa meskipun terdapat perbedaan fisik yang sangat besar, hewan seperti kupu-kupu dan kelelawar telah mengembangkan hubungan yang relatif konstan antara massa tubuh, luas sayap, dan frekuensi kepakan sayap. Para peneliti mencatat bahwa untuk hewan perenang mereka tidak menemukan publikasi dengan semua informasi yang diperlukan; data dari berbagai publikasi dikumpulkan untuk membuat perbandingan, dan dalam beberapa kasus, kepadatan hewan diperkirakan berdasarkan informasi lain. Selain itu, hewan yang sangat kecil – lebih kecil dari yang pernah ditemukan – kemungkinan besar tidak masuk dalam persamaan ini, karena fisika dinamika fluida berubah dalam skala yang sangat kecil. Hal ini bisa berdampak pada masa depan nanobot yang bisa terbang. Para penulis mengatakan persamaan tersebut adalah penjelasan matematis paling sederhana yang secara akurat menggambarkan kepakan sayap dan guratan sirip di seluruh dunia hewan.

Para penulis menambahkan: “Frekuensi kepakan sayap/sirip berbeda hampir 10.000 kali lipat, data untuk 414 hewan mulai dari paus biru hingga nyamuk berada di jalur yang sama. Sebagai fisikawan, kami terkejut melihat seberapa baik prediksi sederhana kami mengenai formula kepakan sayap diterapkan pada beragam hewan.”

Referensi: “Penskalaan frekuensi ketukan sayap dan sirip universal” oleh Jens Højgaard Jensen, Jeppe C. Dyre dan Tina Hecksher, 5 Juni 2024, PLOS SATU.
DOI: 10.1371/jurnal.pone.0303834

Pendanaan: Penelitian ini didukung oleh hibah VILLUM Foundation Materials VIL16515.

NewsRoom.id

Berita Terkait

Gus Ipul Jelaskan Manfaat Pentingnya Izin Donasi Bencana
Setelah Para Pengkhianat, Alan Carr Mengakhiri Tahun Dengan Memilih Cinta
AI Baru Saja Mengungkap Kelemahan Tersembunyi Cacar Monyet pada Vaksin Baru
Ozempic Menunjukkan Kemungkinan Efek Tersembunyi pada Risiko Epilepsi
Sidang Suap Hambatan Penyidikan Korupsi CPO Terungkap Aliran Dana Ratusan Juta ke Bareskrim Polri
Perhiasan Berlian yang Dikembangkan Lab Meningkatkan Penjualan Kay, Zales, dan Jared Sebesar 6%
Ilmuwan Menangkap Partikel Hantu yang Mengubah Atom Jauh di Bawah Tanah
Ilmuwan Menemukan Titik Lemah yang Mengejutkan pada Penyakit Genetik Langka

Berita Terkait

Kamis, 11 Desember 2025 - 07:47 WIB

Gus Ipul Jelaskan Manfaat Pentingnya Izin Donasi Bencana

Kamis, 11 Desember 2025 - 06:13 WIB

Setelah Para Pengkhianat, Alan Carr Mengakhiri Tahun Dengan Memilih Cinta

Kamis, 11 Desember 2025 - 05:42 WIB

AI Baru Saja Mengungkap Kelemahan Tersembunyi Cacar Monyet pada Vaksin Baru

Kamis, 11 Desember 2025 - 05:11 WIB

Ozempic Menunjukkan Kemungkinan Efek Tersembunyi pada Risiko Epilepsi

Kamis, 11 Desember 2025 - 04:09 WIB

Sidang Suap Hambatan Penyidikan Korupsi CPO Terungkap Aliran Dana Ratusan Juta ke Bareskrim Polri

Kamis, 11 Desember 2025 - 01:34 WIB

Ilmuwan Menangkap Partikel Hantu yang Mengubah Atom Jauh di Bawah Tanah

Kamis, 11 Desember 2025 - 01:03 WIB

Ilmuwan Menemukan Titik Lemah yang Mengejutkan pada Penyakit Genetik Langka

Kamis, 11 Desember 2025 - 00:01 WIB

AS Curang pada Drone Shahed-136 Iran

Berita Terbaru

Headline

Gus Ipul Jelaskan Manfaat Pentingnya Izin Donasi Bencana

Kamis, 11 Des 2025 - 07:47 WIB