NewsRoom.id – Pakar telematika Roy Suryo buka suara setelah pemerintah pasrah dengan hilangnya data di Pusat Data Nasional (PDN) pasca diretas lewat serangan ransomware.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Roy Suryo mengatakan, segala komplikasi peretasan PDN menjadi tanggung jawab Budi Arie selaku Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo).
Jadi, lanjutnya, jika Budi Arie merasa tidak mampu menjalankan tanggung jawabnya, maka ia harus mengundurkan diri.
Jika mundur, Roy Suryo yakin Budi Arie tidak akan membebani Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan pekerjaannya.
“Jika tidak bisa dan pemerintah sudah menyerah terhadap peretasan ini, mundurlah. “Yang paling bertanggung jawab di sini adalah Menteri Komunikasi dan Informatika Saudara Budi Arie.”
“Kalau tidak bisa, mundur saja. Serahkan tanggung jawab kepada Presiden agar tidak membebani dirinya sendiri karena tidak pantas dan tidak bisa melaksanakannya,” ujarnya dalam video yang diterima Tribunnews. com, Kamis (27/6/2024).
Lebih lanjut, Roy Suryo juga mengkritisi sikap pemerintah yang dinilainya terlalu meremehkan peristiwa peretasan PDN.
Ia mengungkapkan, meski data yang masih dibackup sudah diamankan, namun menurutnya hal tersebut belum menjadi jaminan.
Roy menduga data PDN yang diretas digunakan hacker untuk tujuan tertentu.
Bahkan, lanjutnya, peretas bisa masuk ke jaringan dan memengaruhi PDN lain yang berada di beberapa lokasi.
“Peretas pasti mengambil keuntungan lebih jauh. Dia pasti sudah mengenkripsi datanya, artinya sebelum dia bisa masuk ke jaringan Pusat Data Nasional dan 282 layanan pemerintah yang menjadi bagiannya, sebelum dienkripsi, semuanya harus sudah disalin. ,” dia berkata.
Di sisi lain, Roy tetap mendukung upaya pemerintah untuk tidak memenuhi tuntutan pembayaran sebesar 8 juta dolar AS atau Rp. 131 miliar.
Pemerintah Mundur Karena Kehilangan Data
Sebelumnya, Direktur Jaringan dan Solusi TI Telkom Herlan Wijanarko mengatakan pemerintah yakni Kominfo, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Polri, dan pihaknya sudah pasrah dengan hilangnya data di PDN. . setelah diretas melalui serangan ransomware.
Herlan mengatakan, data tersebut belum dapat dipulihkan dan pemerintah terang-terangan menyatakan gagal memulihkannya.
Yang jelas kami tidak bisa memulihkan data yang terkena ransomware. “Jadi sekarang kami menggunakan sumber daya yang masih kami miliki,” ujarnya dalam konferensi pers di Gedung Kominfo. , Jakarta pada Rabu (26/6/2024).
Namun, Herlan mengklaim data terenkripsi tersebut masih berada di server PDN dan belum dipindahkan ke lokasi lain.
Oleh karena itu, dia yakin data milik kementerian/lembaga (K/L) dan pemerintah daerah tidak akan bocor atau tersebar luas.
Audit sementara yang dilakukan BSSN, datanya hanya terenkripsi, terenkripsi tapi di tempat. Dan sekarang sistem PDN sudah kita isolasi, tidak ada yang bisa mengakses, kita putuskan akses dari luar, kata Herlan.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Usman Kansong juga mengatakan pemerintah tidak akan memenuhi dana sebesar Rp. 131 miliar uang tebusan yang diminta oleh peretas.
Katanya, hal itu tidak terpenuhi setelah data yang dienkripsi peretas masih ada di PDN.
Selain itu, Usman juga mengatakan BSSN telah diisolasi dan jaringan server PDN-nya telah terputus sehingga hacker tidak dapat mengakses dan mengambil data yang ada di dalamnya.
“Datanya sudah diamankan, tidak bisa lagi diutak-atik oleh dia termasuk kami. Karena sudah kami tutup,” kata Usman.
Alashil, Usman menegaskan, pemerintah memutuskan menerima hilangnya data tersebut.
Pasalnya, tidak ada jaminan bahwa peretas akan pulih dan tidak mengambil data, ketika dibayar dan diberikan akses PDN untuk membuka enkripsi.
“Ya biarkan saja di dalam, sudah kami isolasi. Jadi tidak ada yang dapat Anda lakukan mengenai hal itu. “Dia (hacker) juga tidak tahan,” kata Usman.
“Memang kalau kita bayar, dijamin (dikembalikan), datanya tidak diambil, tidak juga,” pungkasnya.
NewsRoom.id