NewsRoom.id – Serangan Israel ke Jalur Gaza ibarat sebuah berkah. Alih-alih menghancurkan Hamas, serangan ini justru turut membunuh sandera Israel yang sebenarnya mereka selamatkan. Pihak berwenang Israel yakin lebih dari sepertiga sandera yang tersisa di Gaza telah terbunuh.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Dari berbagai sumber, termasuk informasi intelijen, CCTV, dan analisis forensik, 43 dari 120 sandera telah meninggal dunia. “Mereka tewas di Gaza karena kabinet, pemerintah Israel, dan Perdana Menteri Netanyahu,” teriak pengunjuk rasa di depan kantor Kementerian Pertahanan Israel, Senin.
Demonstrasi tersebut digelar menyusul informasi terkini bahwa empat sandera Israel tewas di Gaza.
Keluarga seorang sandera mengatakan mereka marah atas pengabaian pemerintah Netanyahu terhadap para sandera. “Mereka hidup dan mati di Gaza karena pemerintah Israel,” kata keluarga tersebut seperti dikutip dalam video MEE
“Mereka seharusnya bisa pulang dengan selamat, bukan mengirim peti mati mereka pulang.”
Padahal, kata dia, mereka berhasil menyelamatkan keluarga sandera beberapa pekan lalu. “Mereka seharusnya bisa pulang ke keluarga mereka.”
Upaya untuk mendorong perdamaian di Jalur Gaza telah dilakukan. Presiden AS Joe Biden telah mengajukan proposal baru untuk menghentikan perang. Namun, tujuan dari usulan tersebut saat ini masih belum jelas.
Israel dan Hamas diminta segera menyetujui kesepakatan untuk menghentikan peningkatan korban jiwa. Lebih dari 36 ribu warga Gaza dilaporkan tewas akibat serangan Israel sejak Oktober 2023.
Perdana Menteri Netanyahu sebelumnya mengaku tidak akan berhenti menyerang Gaza sampai Hamas dikalahkan. “Saya belum siap menghentikan perang,” kata Netanyahu dalam pertemuan rahasia dengan anggota Knesset, dikutip kantor berita Anadolu, Senin (4/6/2024).
Netanyahu berdalih gambaran yang dihadirkan Biden hanya sebagian. Perang, kata dia, hanya akan berakhir dengan tujuan mengembalikan para sandera. Setelah itu, Israel siap berdiskusi.
“Ada detail lain yang dirahasiakan. “Kami bisa berhenti berjuang selama 42 hari untuk memfasilitasi kembalinya para sandera, tapi kami tidak akan menyerah pada tujuan kami untuk mencapai kemenangan penuh,” tegasnya.
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Joe Biden dilaporkan mendesak Emir Sheikh Tamim Bin Hamad al-Thani dari Qatar untuk membujuk organisasi Palestina Hamas agar menerima usulan perjanjian gencatan senjata dengan Israel.
“(Biden) mendesak Emir Tamim untuk menggunakan semua tindakan yang tepat untuk memastikan penerimaan Hamas terhadap perjanjian tersebut dan menekankan bahwa Hamas sekarang menjadi satu-satunya hambatan bagi gencatan senjata total dan bantuan bagi rakyat Gaza,” kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.
NewsRoom.id