Para peneliti di Oregon State University telah menemukan bahwa kelompok masyarakat adat di Pacific Northwest secara selektif memanen umbi camas yang dapat dimakan pada tahap pertumbuhan optimalnya sejak 3.500 tahun yang lalu. Temuan ini, dipublikasikan di Holosenmemberikan wawasan berharga mengenai Pengetahuan dan praktik Ekologi Tradisional dengan menunjukkan bagaimana kelompok-kelompok ini telah mengelola dan merawat sumber daya alam selama ribuan tahun.
Signifikansi Ekologis dan Budaya Camas
Camas, bunga biru mencolok yang tumbuh di seluruh Pacific Northwest, berfungsi sebagai kunci ekologi dan budaya, mendukung berbagai organisme yang memainkan peran penting dalam berbagai tradisi budaya.
Molly Carney, penulis utama studi dan asisten profesor antropologi di Oregon State University, menyoroti pentingnya hal ini: “Jika Anda menganggap salmon sebagai makhluk karismatik jenis “Yang sangat familiar di masyarakat, camas merupakan salah satu jenis tumbuhan,” jelasnya. “Ini adalah salah satu spesies yang benar-benar menopang ekosistem yang lebih besar, spesies mendasar yang terikat pada segalanya.”
Camas dalam Budaya dan Pola Makan Pribumi
Camas disebutkan dalam kalender Adat di seluruh wilayah, dengan tahapan pertumbuhan tanaman digunakan untuk menandai transisi musim. Hal ini sering kali disertakan dalam upacara tradisional First Food, di mana komunitas suku menandai datangnya musim semi dengan salmon pertama atau akar-akaran pertama yang dapat dimakan setelah musim dingin yang panjang, kata Carney. Khususnya, Lewis dan Clark juga mencatat konsumsi kamera yang disediakan oleh anggota suku Nez Perce di buku harian mereka.
Carney menjelaskan bahwa umbi camas memerlukan dua hingga tiga hari pemanggangan agar dapat dimakan dan, setelah dilunakkan, rasanya mirip dengan ubi jalar. Secara historis, pemanggangan ini terjadi di oven bawah tanah yang dilapisi dengan batu yang dipanaskan. Selama penelitian Carney, dia memeriksa catatan arkeologi termasuk sisa-sisa salah satu oven lubang besar ini. Para peneliti menemukan bahwa setelah dimasak, masyarakat adat menggunakan berbagai metode untuk menyiapkan dan menyimpan cama, sehingga memungkinkan mereka untuk diawetkan dalam jangka waktu yang lama.
Wawasan Arkeologi tentang Pemanenan Camas
Para peneliti menganalisis umbi camas dari Lembah Willamette sejak 8.000 tahun yang lalu. Dengan menghitung sisik daun bagian dalam, mirip dengan membaca lingkaran pohon, peneliti dapat memperkirakan umur umbi camas, yang biasanya mencapai ukuran yang dapat dipanen dalam tiga hingga lima tahun tergantung pada kondisi tanah.
Oven pemanggang Camas dari 4.400 tahun yang lalu telah tercatat di situs arkeologi Sungai Long Tom dekat Veneta, Oregon, namun selama beberapa ribu tahun, umbi-umbian tersebut tampaknya dipanen tanpa pandang bulu. Carney menemukan bahwa sekitar 3.500 tahun yang lalu, umbi-umbian mulai dipanen secara lebih selektif ketika tanaman berumur empat atau lima tahun dan telah mencapai kematangan seksual.
Pengelolaan Lingkungan Melalui Pembakaran Terkendali
Para peneliti mencatat bahwa periode Holosen Akhir konsisten dengan pergeseran iklim yang lebih luas di wilayah tersebut, yang terjadi pada saat yang sama ketika kebakaran berskala kecil menjadi lebih umum terjadi di seluruh wilayah tersebut. Carney juga mempelajari bukti inti danau dari dasar Danau Berang-berang, yang dikumpulkan oleh peneliti Central Washington University Megan Walsh, yang memperkuat teori bahwa pembakaran terkendali digunakan dengan sengaja untuk menciptakan kondisi optimal bagi cama dan tanaman lain mulai 3.000 hingga 4.000 tahun yang lalu. .
Praktik Berkelanjutan dan Pengelolaan Budaya
Berdasarkan penelitiannya, Carney mengatakan jelas masyarakat adat saat itu tidak selektif memanen umbi sebanyak-banyaknya, melainkan mengelola cama agar lestari seiring berjalannya waktu.
“Mereka berusaha mempertahankan struktur umur populasi cama ini dalam kurun waktu yang cukup sempit,” ujarnya. “Saat saya ada kesempatan panen bersama masyarakat adat, saat mereka panen, mereka menanam kembali umbi-umbian yang lebih kecil. Mereka benar-benar menabur untuk panen di masa depan, dan saya pikir itulah yang terjadi di sini.”
Peralihan dari pemanenan sembarangan ke pengelolaan selektif di kalangan komunitas suku tampaknya terjadi pada waktu yang hampir bersamaan di seluruh wilayah Pacific Northwest, kata Carney. Agar praktik ini berhasil, diperlukan kesepakatan dan kerja sama seluruh masyarakat untuk membiarkan umbi camas yang belum menghasilkan di dalam tanah hingga titik panen optimal, serta melakukan pembakaran budaya yang diperlukan untuk menjaga ruang tumbuh yang sehat, catat para peneliti.
“Kami memiliki catatan yang menunjukkan bahwa masyarakat berperan aktif dalam menciptakan lanskap yang sesuai dengan kebutuhan mereka, dan mereka telah melakukan hal tersebut setidaknya selama 3.500 tahun, berdasarkan dua pendekatan yaitu kamera dan api,” kata Carney. “Hal ini merupakan klaim yang kuat untuk menerapkan kembali praktik-praktik ini.”
Referensi: “Scales of plant stewardship in the precontact Pacific Northwest, USA” oleh Molly Carney dan Thomas Connolly, 5 Mei 2024, Holosen.
DOI: 10.1177/09596836241247307
Rekan penulis studi ini adalah Thomas Connolly dari Museum Sejarah Alam dan Budaya di Universitas Oregon. Proyek ini disetujui oleh Kantor Pelestarian Sejarah Suku Konfederasi Grand Ronde.
NewsRoom.id