OLEH: ALEX WIBISONO*
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
SEJAK awal Anies Baswedan dijegal. Kini, Anies ingin kembali digagalkan saat mencalonkan diri di Pilgub Jakarta.
Mengapa Anies dijegal? Hanya dua alasan. Pertama, Anies punya peluang menang paling besar. Kedua, Anies tidak bisa dikompromikan. Itu semua alasannya. Kalau Anies bisa dikompromikan, aman.
Bahkan dengan para relawan dan pendukungnya, Anies tak mudah kompromi. Apalagi dengan orang lain. Hal inilah yang membuat Anies unik. Ya, unik.
Kalau minta PKS gabung, lalu ditawari jadi wakil gubernur, itu masih wajar. Wajar jika PKS menawarkan diri sebagai calon gubernur. PKS yang menang di Jakarta adalah calon gubernurnya. Namun, ada pepatah “kalau ingin mengecewakan Anies, ambillah PKS”.
Informasi ini menyebar luas ke masyarakat. Saya tidak tahu dari mana sumbernya. Gunakan kalimat “ganti uang kampanye”. Wah…wah….
Kalau elektabilitas Anies tinggi, kenapa tidak dukung Anies saja. Bawa saja Anies. Banyak pihak yang baru saja mencalonkan Anies. Apa masalahnya? Apakah ada masalah agama? Masalah ideologi? Atau masalah masa lalu? Ah, itulah peran politik. Sangat hitam dan putih. Bung yang kaku. Sangat kaku!
Belajar dari Pak Prabowo gan. Tidak pernah kaku. Lupakan masa lalu, tataplah masa depan. Itu hanya politisi. Teman-teman yang fleksibel.
Kang Ridwan Kamil alias Emil yang nyaman di Jawa Barat terpaksa berangkat ke Jakarta untuk melawan Anies. Kasihan Kang Emil. Golkar pun menyayangkan dua rekomendasi tersebut. Aneh, bukan? Satu orang mendapat dua rekomendasi. Jawa Barat dan Jakarta. Itu tandanya kamu masih bingung.
Golkar bisa kalah dua kali. Jabar tertinggal, Jakarta tak kebagian. Ini adalah akibat dari politik yang menggunakan kebingungan.
Ada pihak lain yang tanpa diminta memberikan rekomendasi kepada Emil. Apa maksudmu mencoba? Daftar atau tidak, minta atau tidak, perlu atau tidak, maka akan diberikan rekomendasi. Sementara masyarakat lain, bahkan kader, meminta rekomendasi dan tidak diberikan. Sangat miskin.
Sebenarnya yang dilombakan adalah Jawa Barat. Jumlah pemilih yang banyak, kawan. Lebih dari 35 juta. Itu yang ingin Anda ambil. Caranya dengan mendorong Emil ke Jakarta. Agar Emil keluar dari Jawa Barat. Hanya itu.
Mengejek Anies bisa jadi hanya sebuah metode. Tidak taktis. Bahkan, hal itu membuat nama Anies kembali melambung. Kemarin, saat kalah dalam Pilpres, nama Anies mulai meredup. Sekarang naik lagi karena singgah di Jakarta. Ya, kamu tahu.
Tapi kalau soal merebut Jawa Barat, lain ceritanya. Ini disebut juga modus politik. Orang yang pintar dan ahli dalam politik memang pandai bermain.
*(Penulis adalah pengamat sosial politik)
NewsRoom.id