Defisit APBN 2024 Diproyeksi Capai Rp 609,7 Triliun, Sri Mulyani Bakal Tambah Utang?

- Redaksi

Rabu, 10 Juli 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

NewsRoom.id – Pemerintah memperkirakan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melebar hingga 2,7% dari produk domestik bruto (PDB) atau mencapai Rp609,7 triliun hingga akhir 2024. Akankah Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menambah utang baru?

IKLAN

GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN

Proyeksi defisit tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan target awal dalam APBN 2024 sebesar Rp522,8 triliun atau setara 2,29% PDB.

Defisit tersebut disebabkan oleh belanja negara yang diperkirakan melonjak hingga Rp3.412,2 triliun hingga akhir 2024, dari pagu awal Rp3.325,1 triliun.

Sementara itu, pendapatan negara diperkirakan mencapai Rp2.802,5 triliun hingga akhir 2024, naik tipis dari target awal Rp2.802,3 triliun. Dengan perkembangan tersebut, pembiayaan anggaran untuk menutup tambahan defisit diperkirakan mencapai Rp609,7 triliun.

Jadi, apakah pemerintah akan menambah utang baru untuk menutupi defisit?

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kebutuhan pembiayaan untuk menutup defisit dipenuhi melalui tambahan pemanfaatan Saldo Anggaran Lebih (SAL) sebesar Rp100 triliun, bukan melalui utang baru.

Dengan penggunaan SAL, Sri Mulyani memastikan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) hingga akhir 2024 masih rendah.

“Jadi dalam hal ini meskipun defisitnya bertambah, penerbitan SBN tidak bertambah, malah lebih rendah Rp214,6 triliun,” ujarnya saat rapat bersama Gubernur Bank Indonesia dan Komisi XI DPR RI, Senin (8/7/2024).

Menurutnya, pemerintah pada 2022 dan 2023 mampu menghimpun SAL yang cukup besar sehingga bisa dimanfaatkan saat ini, di tengah kondisi suku bunga global yang cenderung tinggi.

“Kami mengusulkan kepada DPR agar SAL tambahan sebesar Rp100 triliun digunakan dari Rp51 triliun yang telah kami usulkan dalam UU APBN. Ini berguna agar kita tidak perlu masuk ke pasar yang terlalu besar dan tetap bisa menjaga kinerja SBN,” terang Bendahara Negara tersebut.

Realisasi Penerbitan Utang

Kementerian Keuangan mencatat realisasi pembiayaan utang pada semester I 2024 sebesar Rp214,7 triliun atau setara 33,1% dari target dalam APBN 2024 sebesar Rp648,1 triliun.

Dari jumlah tersebut, pembiayaan utang melalui penerbitan SBN pada semester I/2024 mencapai Rp206,2 triliun, lebih tinggi dibanding semester I/2023 yang sebesar Rp157,9 triliun.

Meski secara nominal lebih tinggi dibanding tahun lalu, Sri Mulyani menegaskan penerbitan SBN pada semester I 2024 masih sesuai rencana. Stabilitas pasar SBN juga terjaga dengan kenaikan yield yang terkendali di tengah dinamika pasar keuangan.

“Pembiayaan defisit utang akan terus dikelola dengan sangat hati-hati, terutama dalam lingkungan global yang sangat dinamis. Kami senantiasa menggunakan pendekatan oportunistik, namun di sisi lain kami juga melihat berbagai risiko dan peluang yang muncul dari waktu penerbitan dan komposisi SBN, baik dari segi jatuh tempo, tenor, maupun nilai tukar,” ujarnya.

Sementara itu, utang pemerintah hingga akhir Mei 2024 mencapai Rp8.353,02 triliun. Sementara itu, rasio utang pemerintah hingga akhir Mei 2024 naik menjadi 38,71% dari produk domestik bruto (PDB) menjelang berakhirnya masa jabatan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Posisi utang pemerintah saat ini mengalami peningkatan dibandingkan posisi bulan sebelumnya (month-to-month/mtm) yang sebesar Rp8.338,43 triliun atau dengan rasio sebesar 38,64% terhadap PDB.

“Rasio utang hingga Mei 2024 tetap konsisten terjaga di bawah batas aman sebesar 60% dari PDB sesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,” tulis Kementerian Keuangan dalam Buku APBN Kita Edisi Juni 2024 seperti dikutip Selasa (2/7/2024).

Lebih lanjut, rasio utang pun terus menunjukkan tren penurunan dari rasio utang terhadap PDB pada tahun 2021 atau era pandemi Covid-19 yang tercatat sebesar 40,74%, tahun 2022 sebesar 39,70%, dan tahun 2023 sebesar 39,21%.

Kementerian Keuangan menyatakan rasio utang saat ini lebih baik dibandingkan dengan yang ditetapkan melalui Strategi Pengelolaan Utang Jangka Menengah 2024-2027 yang ditetapkan sekitar 40%.

NewsRoom.id

Berita Terkait

Pratinjau Pertandingan T20I ke-4 IND vs SA 2025/26, IND vs SA
Saksikan Spesial Liburan 'iHeartRadio Jingle Ball 2025' Terbaru Rabu 8/7c
Kesepakatan Crypto mengungkapkan potensi konflik kepentingan dalam kepresidenan Trump
Pelayanan kereta api yang lebih sering, perbaikan bus, tarif tetap adalah bagian dari anggaran Metro yang diusulkan GM
Foto 'mata sipit' Miss Finland yang viral memicu badai rasisme
Melewati jalan rusak, RIAB mengajak siswa menemui orang tuanya
Teori Penggemar Berusia Satu Dekade Tentang Heath Ledger dan Ikon Folk Rock Tahun 80-an Membuat Internet Kembali Berdengung
Bluefire Peduli Batam Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana Aceh

Berita Terkait

Rabu, 17 Desember 2025 - 20:55 WIB

Pratinjau Pertandingan T20I ke-4 IND vs SA 2025/26, IND vs SA

Rabu, 17 Desember 2025 - 20:24 WIB

Saksikan Spesial Liburan 'iHeartRadio Jingle Ball 2025' Terbaru Rabu 8/7c

Rabu, 17 Desember 2025 - 19:53 WIB

Kesepakatan Crypto mengungkapkan potensi konflik kepentingan dalam kepresidenan Trump

Rabu, 17 Desember 2025 - 19:22 WIB

Pelayanan kereta api yang lebih sering, perbaikan bus, tarif tetap adalah bagian dari anggaran Metro yang diusulkan GM

Rabu, 17 Desember 2025 - 18:51 WIB

Foto 'mata sipit' Miss Finland yang viral memicu badai rasisme

Rabu, 17 Desember 2025 - 16:46 WIB

Teori Penggemar Berusia Satu Dekade Tentang Heath Ledger dan Ikon Folk Rock Tahun 80-an Membuat Internet Kembali Berdengung

Rabu, 17 Desember 2025 - 16:15 WIB

Bluefire Peduli Batam Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana Aceh

Rabu, 17 Desember 2025 - 15:44 WIB

Ledakan donasi Toys for Tots terjadi pada 22 Desember di News 2

Berita Terbaru