Hamas Mengatakan Akan Mundur dari Perundingan Gencatan Senjata Gaza Setelah Serangan Israel yang Menargetkan Deif

Seorang pejabat Hamas mengatakan pada hari Minggu bahwa kelompoknya menarik diri dari perundingan gencatan senjata di Gaza, menyusul serangan Israel yang menargetkan komandan militan Mohammed Deif, yang “baik-baik saja” meskipun diserang menurut tokoh Hamas lainnya.

“Komandan Mohammed Deif dalam kondisi sehat dan secara langsung mengawasi” operasi sayap militer Hamas, kata pejabat itu kepada AFP. Israel melancarkan serangan bom besar-besaran di kamp pengungsi di Gaza selatan pada hari Sabtu dalam apa yang disebutnya sebagai upaya untuk membunuh Deif.

Pejabat senior lain dari kelompok Islam yang didukung Iran, yang telah memerangi Israel selama sembilan bulan di Jalur Gaza, mengatakan Hamas menarik diri dari perundingan gencatan senjata karena “pembantaian” Israel dan sikapnya dalam perundingan tersebut.

Kementerian kesehatan di Jalur Gaza yang diperintah Hamas mengatakan sedikitnya 92 orang tewas, lebih dari setengahnya wanita dan anak-anak, dan 300 orang terluka dalam serangan di kamp Al-Mawasi.

Ismail Haniyeh, kepala politik Hamas yang berkedudukan di Qatar, mengatakan kepada mediator internasional tentang “keputusan untuk menghentikan negosiasi karena kurangnya keseriusan pendudukan (Israel), kebijakan penundaan dan penghalangan yang terus berlanjut, dan pembantaian terhadap warga sipil tak bersenjata yang terus berlanjut,” kata pejabat tersebut.

Pembicaraan yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir, dengan dukungan AS, telah berbulan-bulan mencoba tetapi gagal menghentikan perang di Jalur Gaza.

– 'Tidak ada kepastian' –

Al-Mawasi, tempat Kementerian Kesehatan mengatakan puluhan orang tewas, dinyatakan sebagai zona kemanusiaan yang aman oleh militer Israel pada bulan Mei dan warga sipil diperintahkan untuk mengungsi ke sana. Namun, ada beberapa insiden mematikan di sana yang disebabkan oleh serangan Israel.

Philippe Lazzarini, kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, menggambarkan wilayah tersebut sebagai “lahan pertanian berpasir seluas 14 kilometer persegi (5,4 mil persegi), tempat penduduk dibiarkan hidup di tempat terbuka tanpa bangunan atau jalan apa pun”.

“Klaim bahwa orang-orang di Gaza dapat pindah ke zona 'aman' atau 'kemanusiaan' adalah salah,” kata Lazzarini di situs media sosial X.

Israel mengatakan pihaknya telah menargetkan Deif, kepala Brigade Al-Qassam, serta Rafa Salama, seorang komandan brigade, dalam serangan hari Sabtu.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Sabtu malam bahwa “tidak ada kepastian” bahwa kedua pria itu tewas dalam serangan itu.

Deif telah menjadi salah satu orang yang paling dicari Israel selama beberapa dekade dan disalahkan oleh otoritas Israel atas pembunuhan warga sipil dan tentara. Setidaknya ada enam upaya pembunuhan sebelumnya yang ditujukan kepadanya.

Ia mengumumkan dalam pesan audio dimulainya serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan, yang memicu perang Gaza, dan militer telah melabeli dia dan Salama sebagai “dua dalang” serangan tersebut.

Secara terpisah pada hari Minggu, tim penyelamat mengatakan sedikitnya delapan orang tewas dalam tiga serangan terpisah di berbagai bagian Kota Gaza.

Sementara itu militer Israel mengatakan operasi terus berlanjut di seluruh wilayah, termasuk di Kota Gaza dan Rafah.

Serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober mengakibatkan kematian 1.195 orang, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka Israel.

Militan juga menyandera 251 orang, 116 di antaranya masih berada di Gaza, termasuk 42 orang yang menurut militer telah tewas.

Israel menanggapi dengan serangan militer yang telah menewaskan sedikitnya 38.443 orang di Gaza, sebagian besar warga sipil, menurut jumlah korban yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Gaza Sabtu sore.

– ‘Pembantaian yang mengerikan’ –

Kematian di kamp Al-Mawasi memicu kecaman dari pemerintah di seluruh kawasan, dengan kementerian luar negeri Mesir mengatakan “kejahatan seperti itu… tidak dapat diterima dalam kondisi apa pun”.

Militer Israel mengatakan tentang serangannya yang menargetkan Deif bahwa “daerah yang diserang adalah daerah terbuka, dikelilingi oleh pepohonan, beberapa bangunan dan gudang. Itu bukan kompleks tenda, tetapi kompleks operasional.”

Pernyataan Hamas menolak klaim Israel bahwa mereka telah menargetkan Deif, dengan mengatakan klaim tersebut dimaksudkan “untuk menutupi besarnya pembantaian yang mengerikan”.

Awal minggu ini, Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa kerangka kerja untuk gencatan senjata dan kesepakatan penyanderaan yang telah ditetapkannya di awal perang “sekarang disetujui oleh Israel dan Hamas”.

“Masih ada kekurangan yang perlu diperbaiki, tetapi kami telah membuat kemajuan,” tambahnya.

Pada Sabtu malam, pejabat Hamas Bassem Naim mengatakan kepada AFP bahwa Netanyahu harus disalahkan atas kebuntuan tersebut dan meminta Biden untuk memberikan “tekanan yang cukup” pada pemimpin Israel itu untuk mengamankan kesepakatan.

Negosiasi terhenti akibat penarikan diri Hamas pada hari Minggu, tetapi pejabat tersebut mengutip Haniyeh yang mengatakan kelompok itu “siap untuk melanjutkan negosiasi ketika pemerintah pendudukan (Israel) menunjukkan keseriusan dalam mencapai gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan”.

Seorang sumber keamanan Israel, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan pada hari Sabtu bahwa serangan itu menunjukkan Israel “akan terus menargetkan pimpinan senior Hamas” bahkan saat “melanjutkan negosiasi untuk mencapai kesepakatan penyanderaan.”