NewsRoom.id – Sentimen dari rilis data inflasi AS akhirnya mencapai anti-klimaks di pasar global. Rilis data inflasi yang sangat dinanti-nantikan itu terbilang mengejutkan karena menunjukkan angka inflasi yang “lebih baik” dari ekspektasi pelaku pasar.
Otoritas AS merilis angka inflasi selama 12 bulan terakhir pada bulan Juni sebesar 3,0 persen, yang tercatat lebih rendah dari ekspektasi investor sekitar 3,1 persen. Angka inflasi tersebut diharapkan investor semakin membuka peluang bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Rilis data yang cepat tersebut disambut dengan aksi beli panik oleh investor Wall Street, yang membuat indeks melonjak. Indeks DJIA terlihat melonjak hingga sekitar 39.875,6 atau mendekati level tertinggi sepanjang masa di sekitar 40.077,4.
Namun tak lama kemudian, aksi ambil untung terlihat berbalik arah dan menenggelamkan Indeks dengan sangat tajam. Pola pergerakan Indeks dengan hubungan serupa juga terlihat pada Indeks S&P 500 dan Indeks NASDAQ yang bahkan lebih parah dengan berakhir di zona pelemahan tajam.
Bursa saham Wall Street akhirnya ditutup tragis pada Kamis, 11 Juli 2024, beberapa jam lalu. Indeks DJIA bertahan di zona positif dengan kenaikan tipis 0,08 persen dan berakhir di level 39.753,75. Sementara itu, indeks S&P 500 berakhir lebih buruk dengan penurunan tajam 0,88 persen ke level 5.584,54.
Situasi makin suram pada indeks Nasdaq yang anjlok 1,95 persen hingga berakhir pada level 18.283,41. Anjloknya Indeks Nasdaq ini terlihat disumbang signifikan oleh sejumlah saham unggulan, seperti: Tesla yang anjlok 8,44 persen, Lam Research yang anjlok 5,97 persen, Nvidia yang anjlok 5,57 persen, dan Applied Materials yang anjlok 5,38 persen. Aksi tekanan jual tragis kali ini tampak makin suram dengan datangnya berita dari kancah politik AS. Laporan terbaru menyebutkan bahwa tampaknya mulai menarik diri dari pencalonan presiden Joe Biden yang makin vokal.
Biden yang dinilai sudah terlalu tua dan kerap melakukan kesalahan dalam pidatonya membuat sejumlah kalangan di Partai Demokrat khawatir. Baru-baru ini, bahkan sejumlah donatur Demokrat disebut-sebut mulai menghentikan pendanaan hingga partai tersebut menemukan kandidat lain.
Laporan sebelumnya juga menyebutkan bahwa Opa Biden keliru menyebut Presiden Ukraina sebagai Putin pada pertemuan NATO. Biden juga terekam dalam konferensi pers saat salah mengartikan Wakil Presiden Kamala Harris dengan menyebutnya Trump, kandidat presiden dari Partai Republik.
Rangkaian keadaan ini tampak sempurna bagi para investor untuk beralih ke tekanan jual, terutama karena Indeks telah melonjak secara konsisten dalam beberapa sesi perdagangan sebelumnya.
Kesuraman Wall Street bahkan terlihat meluas pada sesi perdagangan akhir pekan di Asia, Jumat, 12 Juli 2024. Pantauan terkini menunjukkan Indeks Nikkei (Jepang) mulai merosot tajam hingga 1,72 persen ke level 41.497,95. Kemerosotan juga terlihat melanda Indeks KOSPI (Korea Selatan) yang turun 0,91 persen ke level 2.864,96. Sementara itu, Indeks ASX 200 masih berupaya bertahan dengan naik tipis 0,19 persen ke level 7.904,2.
Bursa Efek Indonesia harus bersiap menghadapi sesi perdagangan akhir pekan ini sebagai Jumat Suci. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diyakini cenderung mengalami tekanan jual setelah gagal mengikuti pesta reli bursa saham global pada sesi perdagangan kemarin. Namun, IHSG masih berpeluang kembali mengalami tekanan jual terbatas.
Kondisi serupa juga terjadi di pasar uang, di mana nilai tukar mata uang utama dunia terlihat melonjak tajam pasca rilis data inflasi AS. Namun, lonjakan penguatan itu perlahan tergerus hingga sesi perdagangan Asia pagi ini.
Oleh karena itu, prospek Rupiah juga diperkirakan mengalami pergerakan yang kurang menguntungkan pada minggu ini. Dan situasi ini terlihat sejalan dengan tinjauan teknikal tim riset RMOL yang sempat disinggung dalam tinjauan pasar sesi perdagangan kemarin, di mana pola teknikal pada time frame H4 menunjukkan telah terjadi divergensi pada instrumen teknikal MACD. Divergensi ini terlihat pada Euro, Poundsterling, dan Dolar Australia.
NewsRoom.id









