Mahfud MD Sebut Hasyim Asy'ari Bisa Dijerat Pidana dan Dipecat Jadi PNS

- Redaksi

Kamis, 11 Juli 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

NewsRoom.id – Pakar hukum tata negara, Mahfud MD mengatakan mantan Ketua KPU Hasyim Asy'ari tidak bisa begitu saja diberhentikan sebagai Ketua KPU karena perbuatan asusila yang dilakukannya.

IKLAN

GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN

Mahfud menegaskan, Hasyim juga bisa dikenakan sanksi pidana atau pemecatan sebagai PNS.

“Menurut saya langkah hukum lain bisa saja menjeratnya dengan tindak pidana, bisa jadi delik aduan kalau ada yang mengadu, pelapornya bisa istri atau suami pelaku. Kemudian, ada UU Kepegawaian, dia kan Pegawai Negeri Sipil (PNS),” kata Mahfud dalam podcast Terus Terang Mahfud MD, dikutip Rabu (10/7/2024).

Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Islam Indonesia (UII) itu mengatakan, sesuai aturan disiplin PNS, orang yang melakukan tindak pidana dapat diberhentikan berdasarkan Undang-Undang Administrasi Kepegawaian. Diberhentikan dengan tidak hormat.

“Jadi menurut saya, Undip (Universitas Diponegoro) misalnya, harusnya berinisiatif untuk memberhentikannya tanpa ada gugatan lebih lanjut karena pembuktiannya berdasarkan semacam proses ajudikasi. Ya, (Hasyim Asy'ari) kan PNS di Undip, memang harusnya diberhentikan, dan menurut saya itu penting untuk pendidikan tinggi,” kata Mahfud.

Mahfud mengaku, tindakan tegas serupa pernah dilakukannya saat menjabat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

Mahfud memecat seorang dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) karena melakukan perbuatan asusila.

Saat itu, terangnya, pelaku melakukan pelecehan dan hubungan seksual di luar nikah dan telah dilaporkan oleh 4 orang korban.

Setelah UGM dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan memutuskan untuk memberhentikannya, pada tahap akhir Mahfud memutuskan bahwa dosen tersebut diberhentikan secara tidak hormat.

“Di tingkat terakhir, ada Dewan Kepegawaian yang dipimpin oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, waktu itu saya Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, jadi kami memberhentikannya, ya Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi waktu itu, saya memberhentikannya. Dalam sidang itu kami sampaikan harus diberhentikan, diberhentikan, sekarang diberhentikan dengan tidak hormat, itu saja,” kata Mahfud.

Menurut Mahfud, tindakan tegas ini penting sebagai pelajaran bagi seluruh dosen di berbagai perguruan tinggi.

Maka, selain diberhentikan sebagai Ketua KPU, Hasyim Asy'ari bisa dikenakan tuntutan pidana dan diberhentikan sebagai pegawai negeri sipil.

“Dia sudah diberhentikan sebagai Ketua KPU, sekarang sebagai dosen, saya kira dia juga harus diberhentikan. Kalau perlu istrinya juga bisa membuat laporan atau pengaduan, istilah dalam hukum pidana, karena itu delik aduan,” kata Mahfud.

Mahfud meyakini model pemilihan pimpinan lembaga, bagaimana pun bentuknya, jika tidak tahan terhadap intervensi pihak luar, akan tetap sama. Sebab, penyelenggara pemilu ini adalah hasil perubahan demi perubahan.

Lebih lanjut, ia mengingatkan, sistem rekrutmen di Indonesia saat ini lebih banyak diwarnai tawar-menawar politik.

Dari sistem seperti itu, kata Mahfud, mereka yang punya kekuasaan politik bisa menduduki jabatan-jabatan strategis.

“Tetapi, ya begitulah adanya. Secara hukum, kalau itu terkait dengan melakukan pelanggaran hukum, itu bisa dituntut, kan, kalau memang terbukti dia menerima suap, menerima apa saja, mengganggu proses pemilu, tapi itu belum terbukti, etiknya sudah terbukti, etiknya sudah dicabut sebagai Ketua KPU,” kata Mahfud.

Ia mengaku heran, orang seperti itu bisa terpilih menjadi pimpinan lembaga negara.

Ia berharap setelah ini ada tindakan lebih tegas dan dirinya tidak lagi mendapat jabatan strategis.

“KPU itu lembaga negara, mana mungkin orang terpilih, orang yang tidak tahu malu, tidak pernah takut dan mengulangi perbuatan asusila seperti itu, itu luar biasa, jadi menurut saya hukumannya kalau diberhentikan saja, ringan. Kalau itu (misalnya diberi jabatan lain) akan menjadi malapetaka bagi bangsa ini,” kata Mahfud.

NewsRoom.id

Berita Terkait

Ilmuwan Menemukan Titik Lemah yang Mengejutkan pada Penyakit Genetik Langka
AS Curang pada Drone Shahed-136 Iran
Dunia Sapi Laut yang Hilang Muncul Kembali di Bawah Gurun Qatar
Senyawa Cokelat Hitam Terkait Dengan Memperlambat Penuaan
Mereka Tidak Ingin Perekonomian Negara Kita Bangkit
Monev TA 2025: Kunci Transparansi dan Keberhasilan Pembangunan di Kampung Rantau Jaya
Setelah 50 Tahun, Ahli Kimia MIT Akhirnya Mensintesis Senyawa Anti Kanker yang Sulit Didapat
Dokter UGD Memperingatkan Penyakit Ganja yang Berkembang Pesat

Berita Terkait

Kamis, 11 Desember 2025 - 01:03 WIB

Ilmuwan Menemukan Titik Lemah yang Mengejutkan pada Penyakit Genetik Langka

Kamis, 11 Desember 2025 - 00:01 WIB

AS Curang pada Drone Shahed-136 Iran

Rabu, 10 Desember 2025 - 21:58 WIB

Dunia Sapi Laut yang Hilang Muncul Kembali di Bawah Gurun Qatar

Rabu, 10 Desember 2025 - 21:27 WIB

Senyawa Cokelat Hitam Terkait Dengan Memperlambat Penuaan

Rabu, 10 Desember 2025 - 20:25 WIB

Mereka Tidak Ingin Perekonomian Negara Kita Bangkit

Rabu, 10 Desember 2025 - 18:21 WIB

Setelah 50 Tahun, Ahli Kimia MIT Akhirnya Mensintesis Senyawa Anti Kanker yang Sulit Didapat

Rabu, 10 Desember 2025 - 17:50 WIB

Dokter UGD Memperingatkan Penyakit Ganja yang Berkembang Pesat

Rabu, 10 Desember 2025 - 16:48 WIB

Klaim Zulfa Mustofa yang mendapat restu Ma'ruf Amin dibantah pihak keluarga

Berita Terbaru

Headline

AS Curang pada Drone Shahed-136 Iran

Kamis, 11 Des 2025 - 00:01 WIB

Headline

Senyawa Cokelat Hitam Terkait Dengan Memperlambat Penuaan

Rabu, 10 Des 2025 - 21:27 WIB

Headline

Mereka Tidak Ingin Perekonomian Negara Kita Bangkit

Rabu, 10 Des 2025 - 20:25 WIB