NewsRoom.id -Proyek Kereta Cepat Whoosh yang menghabiskan anggaran besar dituding menjadi biang kerok kerugian perusahaan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).
Manajemen WIKA memaparkan, Perseroan membukukan kerugian hingga Rp7,12 triliun pada tahun buku 2023. Angka tersebut melonjak 11.860 persen dari kerugian tahun sebelumnya yang mencapai Rp59,59 miliar.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Direktur Utama Wijaya Karya Agung Budi Waskito mengatakan, tingginya suku bunga menjadi salah satu faktor tingginya angka kerugian.
“Yang pertama adalah beban bunga yang memang cukup tinggi. Yang kedua adalah beban-beban lainnya, termasuk mulai tahun 2022 ini kita juga sudah mulai mencatat kerugian dari PSBI atau Kereta Cepat yang juga cukup besar setiap tahunnya,” kata Agung, saat rapat dengan Komisi VI DPR RI, dikutip Jumat (12/7).
PSBI merupakan anak perusahaan PT Kereta Api Indonesia (Persero) selaku pemegang saham mayoritas di PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) yakni sebesar 60 persen.
Laporan keuangan WIKA pada 2023, mencatat sejumlah beban WIKA memang mengalami peningkatan. Beban terbesar, beban lain-lain meningkat 310,16 persen menjadi Rp5,40 triliun dan beban keuangan meningkat 133,70 persen menjadi Rp3,20 triliun pada 2023.
Atas kerugian besar yang dialami perusahaan, Agung mengatakan WIKA harus menambah modal dan ditempuh dengan menerbitkan obligasi untuk memperoleh pinjaman. Namun, langkah tersebut justru membuat kerugian makin besar. Saat ini, total beban bunga yang ditanggung perusahaan lewat penerbitan obligasi tersebut mencapai Rp11 triliun.
“Jadi mau tidak mau, dengan uang sebanyak ini, mau tidak mau WIKA juga harus meminjam lewat obligasi,” jelas Agung.
NewsRoom.id