10 Tahun Jokowi, Penanggulangan Kemiskinan Masih Sekadar Janji

- Redaksi

Minggu, 18 Agustus 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

NewsRoom.id – 10 tahun lalu ia tampil dengan karya nasional bernama Esemka, lalu di penghujung masa jabatannya ia menutupnya dengan gemerlap Ibu Kota Negara (IKN).

IKLAN

GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN

Ya, Joko Widodo (Jokowi), Presiden Republik Indonesia periode 2014-2024, menjalankan agenda prioritas pemerintahannya saat itu yang disebut Nawacita. Agenda tersebut berisi sembilan gagasan yang akan dijalankan oleh kabinet pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla.

Salah satu agenda prioritas adalah melindungi dan memberikan rasa aman bagi seluruh rakyat Indonesia, menyelenggarakan pemerintahan yang bersih dan demokratis, membangun Indonesia dari pinggiran, serta memajukan daerah-daerah dan desa-desa.

Namun Nawacita seakan hanya menjadi cerita dan kenangan masa lalu. Sebab pada kenyataannya pemerintah masih belum bisa menjamin keamanan rakyatnya dengan segala macam kejahatan jalanan yang kerap meneror.

Tingginya angka kriminalitas disebabkan kepemimpinan Jokowi selama 10 tahun belum mampu memberantas kemiskinan, ditambah lagi sulitnya memperoleh pekerjaan.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, hingga Maret 2014, jumlah penduduk miskin sebanyak 28,28 juta orang dengan tingkat kemiskinan 11,25 persen.

Hingga Maret 2024, angka kemiskinan terus menurun hingga mencapai 25,22 juta jiwa dengan angka kemiskinan sebesar 9,03 persen. Artinya, angka kemiskinan tersebut masih jauh di atas target dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

Jumlah penduduk miskin berkurang sekitar 3,06 juta orang atau berkurang sekitar 2,22 poin persentase dalam 10 tahun terakhir dan secara rata-rata jumlah penduduk miskin berkurang sekitar 300 ribu orang per tahun.

Peneliti di Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Abra Talattov, mengingatkan Jokowi tentang janji politiknya saat kampanye 2014 tentang penurunan angka kemiskinan hingga 6 hingga 7,5 persen.

Menurutnya, kemiskinan selalu berkaitan dengan angka pengangguran, dan Jokowi pernah berjanji menurunkan angka pengangguran nasional hingga 3,5 hingga 4 persen.

“Sekali lagi, kenyataan itu salah. Angka pengangguran di Indonesia masih di angka 5,2 persen,” katanya.

Sementara itu, Presiden Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) Elly Rosita Silaban menilai 10 tahun kepemimpinan Jokowi hanya memprioritaskan program pembangunan infrastruktur. Misalnya, proyek jalan tol, bandara, dan pembangunan IKN.

Namun, ia mengakui bahwa perhatian terhadap isu kemiskinan dan ketenagakerjaan masih kurang. Terlebih, ketika UU Cipta Kerja yang kontroversial disahkan, masa depan dan kesejahteraan pekerja menjadi semakin buruk.

Jokowi pun mengaku tidak terlalu ambil pusing dengan dampak perkembangan platform digital saat ini. Di mana dampak platform digital telah banyak menggantikan pekerjaan manusia di dunia kerja.

“Di balik semua permasalahan tersebut, angka pengangguran di Indonesia semakin meningkat. Ketimpangan sosial ini semakin tajam di masyarakat. Angka kemiskinan dan pengangguran masih tinggi, ditambah lagi Indonesia semakin mengalami krisis keadilan. Jika permasalahan ini tidak ditangani secara serius, bukan tidak mungkin negara ini akan mengalami keresahan sosial,” ungkapnya.

Berdasarkan laporan 'World Economic Outlook April 2024' yang disusun oleh Dana Moneter Internasional (IMF), Indonesia merupakan negara dengan tingkat pengangguran tertinggi di antara enam negara ASEAN pada tahun 2024.

Indonesia menempati peringkat pertama dalam hal proporsi pengangguran di negara-negara ASEAN per April 2024. Indonesia, dengan jumlah penduduk 279,96 juta jiwa, mencatat tingkat pengangguran terbuka sebesar 5,2 persen. Di bawahnya terdapat negara yang selalu “panas”, yakni Filipina sebesar 5,1 persen (114,16 juta jiwa); Malaysia: 3,5 persen (33,46 juta jiwa); Vietnam: 2,1 persen (100,77 juta jiwa); Singapura: 1,9 persen (5,94 juta jiwa) dan Thailand: 1,1 persen (70,27 juta jiwa).

Padahal, Jokowi mengawali langkah kepemimpinannya dengan doa dan harapan. Tak hanya dari dalam negeri, tetapi juga dari dunia internasional.

Majalah Time pernah menerbitkan edisi dengan sampul Presiden Joko Widodo, berjudul “Jokowi: Harapan Baru” pada bulan Oktober 2014.

Edisi ini merefleksikan harapan besar yang disematkan kepada Jokowi setelah ia terpilih menjadi presiden Indonesia pada tahun 2014. Saat itu, ia dipandang sebagai pemimpin baru yang akan membawa harapan dan perubahan bagi Indonesia.

Perubahan yang dilakukan tak lain adalah pembangunan IKN, salah satu proyek mercusuar yang dilaksanakan dalam rangka memeriahkan HUT ke-79 Kemerdekaan Indonesia.

Untuk merayakan HUT ke-79 Republik Indonesia di IKN, pemerintah harus menggelontorkan anggaran sebesar Rp87 miliar atau lebih banyak 60 persen dibanding perayaan HUT tahun sebelumnya yang diselenggarakan di Jakarta.

Banyak orang percaya bahwa dana ini akan lebih baik dialokasikan untuk kebutuhan mendesak lainnya, seperti infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan sektor produktif.

Namun, di tengah sulitnya perekonomian Indonesia, Elly berharap tidak terjadi keresahan sosial. Sebab, menurutnya, keresahan sosial di masyarakat tidak pernah menjadi solusi, tetapi malah menambah masalah baru.

“Masyarakat mesti belajar dari pengalaman kekacauan sosial yang terjadi pada Mei 1998. Sebab, kerusuhan ini disebabkan oleh krisis ketidakadilan, demokrasi yang dibungkam, dan praktik KKN (Kolusi Nepotisme) pada masa pemerintahan Orde Baru (Orba),” pungkas Elly.

NewsRoom.id

Berita Terkait

Salah satu pekerjaan terpenting di dunia sedang diperebutkan – Bisakah Sauli Niinistö atau Sanna Marin mendapatkannya?
Kode Promo Kalshi WTOP: Dapatkan Bonus $10 untuk NFL, Pasar Prediksi Bowl
Kode Promo Kalshi WTOP: Dapatkan Bonus $10 untuk Prediksi Olahraga Natal
Ada 'Sinyal' Permintaan Usut Surat Kabar yang Diumumkan Jokowi Diterima UGM
Habib Rizieq Kritik Menteri yang Remehkan Bantuan dari Malaysia: Sombong, Seharusnya Terima Kasih!
Mantan PM Malaysia Najib Razak Dihukum karena Menyelewengkan Dana Negara
Uang CSR BI Mengalir ke DPR, Kenapa Gubernur Perry Warjiyo Belum Tersentuh?
Bagaimana McLaren merevolusi balap Formula 1

Berita Terkait

Sabtu, 27 Desember 2025 - 01:20 WIB

Salah satu pekerjaan terpenting di dunia sedang diperebutkan – Bisakah Sauli Niinistö atau Sanna Marin mendapatkannya?

Sabtu, 27 Desember 2025 - 00:49 WIB

Kode Promo Kalshi WTOP: Dapatkan Bonus $10 untuk NFL, Pasar Prediksi Bowl

Sabtu, 27 Desember 2025 - 00:18 WIB

Kode Promo Kalshi WTOP: Dapatkan Bonus $10 untuk Prediksi Olahraga Natal

Jumat, 26 Desember 2025 - 23:47 WIB

Ada 'Sinyal' Permintaan Usut Surat Kabar yang Diumumkan Jokowi Diterima UGM

Jumat, 26 Desember 2025 - 23:16 WIB

Habib Rizieq Kritik Menteri yang Remehkan Bantuan dari Malaysia: Sombong, Seharusnya Terima Kasih!

Jumat, 26 Desember 2025 - 21:43 WIB

Uang CSR BI Mengalir ke DPR, Kenapa Gubernur Perry Warjiyo Belum Tersentuh?

Jumat, 26 Desember 2025 - 21:12 WIB

Bagaimana McLaren merevolusi balap Formula 1

Jumat, 26 Desember 2025 - 20:41 WIB

Saham Oracle berada pada laju kuartal terburuk sejak tahun 2001, kekhawatiran AI

Berita Terbaru