NewsRoom.id – Sejumlah pelawak turut serta dalam aksi unjuk rasa Kawal Putusan Mahkamah Konstitusi di depan gedung DPR, Jakarta Pusat, Kamis (22/8). Di antaranya Arie Keriting, Abdur Arsyad, Bintang Emon, dan Mamat Alkatiri.
Mereka pun masuk ke mobil komando untuk menyampaikan orasi. Bintang Emon mengatakan, kehadirannya bersama teman-temannya merupakan bentuk kemarahan atas keputusan DPR yang merevisi UU Pilkada. Revisi tersebut menganulir putusan Mahkamah Konstitusi terkait aturan Pilkada.
“Kita berkumpul di sini bukan untuk membela seseorang, bukan pula untuk membela suatu partai. Kita berkumpul di sini karena amarah kita,” kata Bintang dalam sambutannya.
“Banyak sekali akrobat pengambilan keputusan yang tidak rasional yang terpaksa kita terima, kita dianggap bodoh. Ketika kita dianggap bodoh, kita harus melawan,” imbuhnya.
Putusan Mahkamah Konstitusi yang dibatalkan DPR dalam RUU Pilkada, mensyaratkan partai politik atau gabungan partai politik memiliki 20% suara di DPRD untuk dapat mengajukan calon kepala daerah. Artinya, jumlah calon kepala daerah yang dapat diajukan semakin sedikit.
“Berikan kami kompetisi yang bagus. Ada permintaan dari teman-teman di bawah,” kata Bintang.
Selain itu, putusan MK yang dibatalkan juga terkait dengan batas usia minimal calon kepala daerah saat dilantik sebagai calon, yakni 30 tahun. RUU Pilkada menggunakan putusan Mahkamah Agung, yakni batas usia minimal calon kepala daerah saat dilantik adalah 30 tahun.
“Bagi teman-teman yang belum sempat hadir, harap diingat. “Kalau belum berusia 30 tahun, jangan dulu mencalonkan diri, Nak,” katanya.
Sementara itu, Abdur Arsyad mengatakan orang-orang di gedung DPR lebih lucu daripada para pelawak. “Segerombolan orang tolol, sebodoh-bodohnya mereka,” kata Abdur.
Ia juga memastikan massa yang berdemo hari ini bukanlah para pencari kerja yang meminta bantuan kepada ayahnya. Pria asal NTT itu juga meminta maaf atas aksi unjuk rasa yang sempat menimbulkan kemacetan lalu lintas. “Namun, kami pastikan demokrasi tidak akan terhambat di kemudian hari,” jelasnya.
Abdur mengingatkan bahwa putusan Mahkamah Konstitusi bersifat final dan mengikat. Putusan tersebut harus dipatuhi.
“Mari kita kawal bersama-sama, mudah-mudahan KPU mengikuti apa yang diputuskan MK, bukan apa yang diputuskan orang-orang di dalam sana. Jadi mari kita kawal,” katanya.
Sementara itu, Arie Keriting mengatakan, kehadirannya merupakan bentuk solidaritas. Sebab, rakyat sudah lelah karena wakilnya tidak mewakili mereka.
“Sampai saat ini kita masih sedikit berharap, mudah-mudahan ada yang bisa menyentuh hati kita hari ini di depan mata kita secara nyata bagaimana wakil rakyat kita tidak mewakili suara rakyat dan kedatangan kita hari ini untuk menunjukkan bahwa kita adalah rakyat untuk Indonesia,” ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, Mamat Alkatiri memberikan semangat kepada massa yang hadir. Ia meminta massa untuk terus bersatu mengawal putusan MK.
“Saya hanya minta, jangan sampai kita dipecah belah lagi oleh mereka. Kita tinggalkan semua ego yang ada dalam diri kita, kita bersatu karena mereka takut kita bersatu. Jadi teman-teman kita datang ke sini atas dasar inspirasi masing-masing, entah atas dasar konten atau apalah, ayolah, mereka takut kita akan menjadi banyak,” kata Mamat.
“Selama ini mereka memecah belah kita, agenda mereka semua, yang mereka punya hanya masukan dan tujuan,” pungkasnya.
Aksi unjuk rasa hari ini diikuti sejumlah pelawak, buruh, mahasiswa, dan elemen masyarakat lainnya. Mereka menolak upaya DPR yang menganulir putusan Mahkamah Konstitusi melalui revisi UU Pilkada.
NewsRoom.id