Presiden AS Joe Biden telah menyetujui strategi nuklir yang sangat rahasia yang ditujukan untuk menghalangi Rusia, Cina, dan Korea Utara, New York Times melaporkan pada hari Selasa, mengutip pejabat yang tidak disebutkan namanya di Pentagon dan Dewan Keamanan Nasional.
Dokumen tersebut – 'Pedoman Ketenagakerjaan Nuklir' – diadopsi pada bulan Maret, menandai pertama kalinya doktrin nuklir AS difokuskan pada kemampuan nuklir Beijing yang berkembang pesat, kata surat kabar itu.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Menurut NYT, dokumen tersebut diperbarui kira-kira setiap empat tahun dan sangat rahasia sehingga tidak ada salinan digitalnya.
Penjabat Asisten Menteri Pertahanan untuk Kebijakan Luar Angkasa Vipin Narang mengatakan kepada wartawan awal bulan ini bahwa Biden “baru-baru ini menerbitkan panduan terbaru tentang penggunaan senjata nuklir untuk memperhitungkan jumlah musuh yang memiliki senjata nuklir.” Perluasan persenjataan nuklir Tiongkok adalah sesuatu yang diinginkan AS “tidak diantisipasi atau diperhitungkan” selama perencanaan nuklir beberapa dekade lalu, tambahnya.
Ketika ditanya tentang laporan NYT, juru bicara Gedung Putih Sean Savett mengatakan, “Pedoman yang dikeluarkan awal tahun ini bukan merupakan respons terhadap satu entitas, satu negara, atau satu ancaman.”
Pada tahun 2023, Pentagon memperkirakan bahwa Tiongkok akan menggandakan persediaan hulu ledak nuklir operasionalnya menjadi lebih dari 1.000 pada tahun 2030, “sebagian besar akan dikerahkan pada tingkat kesiapan yang lebih tinggi.” AS saat ini memiliki 5.550 hulu ledak, sementara Rusia memiliki 6.255, menurut perkiraan Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm.
Strategi nuklir yang direvisi muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara AS dan sekutu NATO-nya di satu sisi, dan China dan Rusia di sisi lain, dengan kedua pihak saling menuduh terjadinya eskalasi di Ukraina dan Taiwan. Washington juga diguncang oleh meningkatnya uji coba rudal balistik oleh Korea Utara.
Baik Moskow maupun Beijing menuduh AS mengobarkan konflik di seluruh dunia dan mencoba memaksakan keinginannya pada negara lain. Awal bulan ini, juru bicara Kementerian Pertahanan Tiongkok, Kolonel Senior Zhang Xiaogang mendesak AS dan sekutunya “untuk meninggalkan mentalitas Perang Dingin mereka.”
Dalam kunjungannya ke Tiongkok pada bulan Mei, Presiden Rusia Vladimir Putin menekankan bahwa “kemitraan strategis” antara Moskow dan Beijing “tidak ditujukan kepada siapa pun.”
Jaringan NewsRoom.id
Terkait
NewsRoom.id