NewsRoom.id – Baru-baru ini, Presiden Amerika Serikat Joe Biden menandatangani Undang-Undang Pencegahan Pemerasan Asing (FEPA) yang akan mengadili para pemimpin asing yang meminta atau menerima suap dari perusahaan-perusahaan Amerika.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Mengutip laporan Transparency International (TI) AS pada Rabu (28/8), FEPA merupakan undang-undang bipartisan yang berpotensi membantu memberantas korupsi asing di sumbernya. Bisa dibilang, undang-undang ini merupakan undang-undang suap asing terlengkap.
“FEPA memungkinkan pemerintah AS untuk mengajukan tuntutan pidana terhadap pejabat asing yang meminta atau menerima suap dari perusahaan Amerika mana pun di mana pun di dunia,” kata TI.
FEPA disebut sebagai alat baru yang ampuh untuk memerangi korupsi asing di sumbernya dan untuk melindungi warga Amerika serta bisnis Amerika yang bekerja di luar negeri.
Pengamat politik sekaligus akademisi Universitas Indonesia (UI), Rocky Gerung menilai kebijakan AS tersebut dapat menjadi ancaman bagi Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Ia menyoroti penggunaan jet pribadi oleh putra Jokowi, Kaesang Pangarep dan menantunya Erina Gudono saat bepergian ke Amerika Serikat baru-baru ini.
Jet pribadi yang digunakan Kaesang dan istrinya diduga berjenis Gulfstream yang harga sewanya ditaksir mencapai miliaran rupiah.
Menurut Rocky, ada kemungkinan Amerika Serikat akan menyelidiki lebih lanjut apakah penggunaan jet pribadi oleh Kaesang merupakan bagian dari suap yang diberikan oleh perusahaan Amerika.
“Dalam RUU baru yang ditandatangani Biden, pemerintah AS berhak mempersoalkan suap yang dapat menjadi skandal korupsi di perusahaan-perusahaan Amerika yang terkait dengan Indonesia, misalnya,” ujarnya dalam video di akun YouTube pribadinya.
Rocky mengatakan saat ini dunia tengah terfokus pada dua isu utama, yakni korupsi dan lingkungan hidup. Penggunaan jet pribadi tidak hanya mencurigakan, tetapi secara tidak langsung juga menunjukkan bahwa Indonesia tidak konsisten dalam komitmennya untuk mengurangi emisi karbon.
“Tidak disadari bahwa jet pribadi adalah hak semua orang, tetapi jika itu merusak lingkungan, sementara Indonesia terikat untuk mengurangi emisi karbon, itu patut dipertanyakan. Jadi mengapa anak presiden mengingkari janji yang dibuat oleh ayahnya,” kata Rocky.
Untuk itu, Rocky mengimbau kepada pemerintah untuk lebih berpikir global karena tidak dapat dipungkiri bahwa variabel internasional turut memengaruhi stabilitas Indonesia.
“Mata dunia internasional kini tertuju pada Indonesia. Kita harus mulai berpikir lebih global karena fungsi keadilan sosial juga dijamin dalam sistem peradilan global,” pungkasnya.
NewsRoom.id