NewsRoom.id – Tak hanya anak sekolah, siswa SMK pun turut serta dalam aksi unjuk rasa menolak pengesahan UU Pilkada hasil revisi di DPR RI, Kamis (22/8/2024).
Sejumlah mahasiswa datang dan langsung melemparkan botol minuman dan sampah ke dalam gedung, tepat di depan Gerbang Pancasila.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Beberapa di antara mereka berteriak kepada polisi yang berjaga di dalam. Beberapa kali, mahasiswa mencoba merusak pintu besi dengan melemparkan benda-benda keras.
Hanya saja para siswa tidak tahu banyak tentang tujuan demonstrasi tersebut.
“Kita ikut-ikutan saja, Bang. Ini kan demonya Jokowi? Anaknya juga ikut maju,” kata AF (16), warga Jakarta Selatan.
Ia mengaku datang bersama teman-temannya namun mereka tersebar di wilayah DPR RI.
AF mengaku baru pertama kali ikut demonstrasi.
“Sebelumnya, guru juga menjelaskan situasi politik di sekolah,” katanya.
Namun, ia menjelaskan, dirinya datang atas inisiatif sendiri dan penasaran dengan demonstrasi tersebut.
RD (16) mengungkapkan hal serupa.
Ia mengaku datang dan ikut aksi itu hanya untuk bersenang-senang.
Bahkan dia dan AF tidak mengetahui jadwal demonstrasi.
“Yang penting adalah membantu siswa,” katanya.
Selain ikut-ikutan, keduanya juga penasaran ingin melihat tembakan meriam air.
Sembari bercanda, keduanya ingin merasakan sensasi disiram water cannon.
“Mandinya enak banget. Panas banget dari siang,” kata AF sambil tertawa.
Terkait situasi terkini, sebagian besar massa mahasiswa mulai membubarkan diri sejak senja. Namun, ratusan mahasiswa dan murid masih terpantau bertahan meski tidak melakukan apa-apa.
Kekacauan
Kericuhan terjadi di tengah aksi unjuk rasa yang dilakukan ribuan warga sipil dan mahasiswa dari berbagai almamater, di depan gedung DPR untuk menolak pengesahan UU Pilkada hasil revisi, Kamis (22/8/2024).
Pantauan Warta Kota di lokasi sekitar pukul 16.30 WIB, terlihat kekacauan di sisi kanan gedung DPR.
Awalnya, mahasiswa tampak berhasil mendobrak salah satu bagian pagar DPR di dekat pintu masuk yang dijaga TNI Polri.
Para mahasiswa merobohkan pagar tinggi hingga ambruk sambil meneriakkan kata reformasi.
Mereka kemudian memaksa masuk dan berupaya memasuki gedung DPR MPR RI.
Sambil berlari, para pelajar terlihat melakukan perlawanan terhadap polisi yang menghalangi mereka.
Mulai dari melempar batu, membakar ban dan spanduk, hingga melempar kayu.
Pada saat yang sama, petugas polisi yang mengenakan perisai dan seragam hitam datang untuk mengusir mereka.
Akibatnya, kedua belah pihak terlibat kejar-kejaran hingga sejumlah petasan terdengar meledak.
Dalam situasi yang tidak terkendali itu, polisi melepaskan tembakan dari senjata api laras panjang yang mereka bawa.
Hal ini langsung membuat banyak demonstran marah.
Mereka mulai berteriak hingga ada yang menangis karena melihat teman-temannya terjatuh.
“Hei, tolong saya,” kata salah satu pengunjuk rasa.
“Jangan tangkap dia!” teriak mereka.
Aksi tersebut kemudian meningkat ketika polisi mengerahkan lebih banyak pasukan bersenjata perisai.
Para pelajar berhasil dipukul mundur.
Namun, kerusuhan makin memanas dengan adanya perusakan halte di dekat jembatan penyeberangan orang (JPO) DPR MPR RI.
Mereka terlihat merusak atap halte bus dengan kayu dan melemparkan batu.
Tak lama kemudian polisi keluar dengan mobil Brimob diiringi pasukan berbaju APD.
Mereka memukul mundur massa yang melakukan kerusuhan dan meminta mereka meninggalkan area DPR MPR RI.
Sementara itu, di sisi kiri gedung DPR MPR RI, sejumlah mahasiswa yang gugur terlihat tengah digotong menuju ambulans.
Beberapa dari mereka menderita luka tembak di kepala, kaki, tangan, dan sesak napas.
Dari kelihatannya, ada sekitar 5 mahasiswa dari almamater berbeda yang menerima perawatan medis.
Seperti diberitakan sebelumnya, ribuan elemen masyarakat sipil mengepung gedung MPR DPR RI guna mengawal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait persyaratan pencalonan kepala daerah melalui putusan nomor 60/PUU-XXII/2024 yang ditolak DPR.
Pantauan Warta Kota di lokasi, Kamis (22/8/2024) pukul 10.48 WIB, terlihat peserta yang mengikuti aksi demo demokrasi darurat itu beragam, mulai dari Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPI), mahasiswa, hingga sejumlah pelawak.
Mereka membawa mobil komando serta bendera dan spanduk perlawanan.
Sejumlah orang juga membawa kardus berisi sindiran untuk DPR dan Presiden RI Joko Widodo.
“DPR itu milik rakyat, bukan Jokowi,” tulis salah satu kardus yang dibawa para demonstran.
“DPR jangan ikut Jokowi, kena hukuman,” tulis pernyataan lainnya.
Sementara itu, Partai Buruh juga memasang spanduk di depan pintu gerbang DPR RI dengan tulisan yang mendesak DPR untuk tidak mengubah dan menentang putusan Mahkamah Konstitusi.
Tak berhenti di situ, komedian yang selama ini aktif menyuarakan demokrasi di akun media sosialnya juga turun dari gunung.
Beberapa yang terlihat di lapangan adalah Abdel, Bintang Emon, Andovi, Arie Keriting, Abdur Arsyad, dan masih banyak lagi.
Mereka mengenakan pakaian serba hitam.
Di tengah kerumunan besar, para komedian itu mengaku tidak takut untuk ikut berdemonstrasi demi demokrasi yang adil di Indonesia.
Mereka juga membawa poster berisi sindiran terhadap kondisi terkini di Indonesia.
“Kamu sedikit berbeda, ayahmu sedikit berbeda, keluargamu sedikit berbeda,” bunyi pernyataan pada poster merah yang dibawanya.
Kepada wartawan, komedian Rigen mengaku tetap akan ikut aksi meski DPR menunda pengesahan RUU Pilkada 2024.
Bahkan, Rigen dan kawan-kawan memberikan kutipan kepada pejabat yang duduk di DPR RI.
“Ini kutipan dari saya, ketika pejabat mulai bercanda, saatnya komedian bercanda,” kata Rigen yang tampil nyentrik dengan kacamata hitam dan topinya.
NewsRoom.id