NewsRoom.id -Partai Golkar di bawah pimpinan Ketua Umum Bahlil Lahadalia merasakan imbasnya karena tidak menjalankan perintah ketua umum sebelumnya, Airlangga Hartarto.
“Bahlil menentang keputusan ketua umum sebelumnya (Airlangga Hartarto),” kata Direktur Eksekutif Studi Demokrasi Rakyat (SDR), Hari Purwanto kepada RMOL, Selasa (27/8).
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Hari melanjutkan, sebagai partai besar, Golkar semestinya menjadi rujukan kehidupan demokrasi bagi ormas politik lainnya tanpa meninggalkan nilai-nilai historis.
Sayangnya, dalam kasus ini Golkar menunjukkan inkonsistensi dengan berbalik arah dan mendukung Airin yang berpasangan dengan Ketua DPD PDIP Banten, Ade Sumardi, di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Banten.
“Bahlil menganulir apa yang sebelumnya telah diputuskan oleh AH. Tentu saja, dapat dikatakan Golkar tidak konsisten dengan keputusan yang telah diambil dan hanya sekadar pembenaran,” kata Hari.
“Golkar tidak konsisten memberikan dukungan terhadap kasus Airin, seperti peribahasa 'pagi tempe siang dele',” sindir Hari.
Jauh sebelum polemik ini terjadi, Ketua Umum Golkar sebelumnya, Airlangga Hartarto, telah menunjuk Airin Rachmi Diany sebagai bakal calon Gubernur Banten 2024.
Hal itu disampaikan Airlangga usai mendapat dukungan dari Kesatuan Perempuan Partai Golkar (KPPG) yang dipimpin Airin, untuk melaju ke Munas Partai Golkar 2024.
Ketum (KPPG Airin Rachmi Diany) mendapat tugas dan kepercayaan dari Partai Golkar untuk menjadi Gubernur Banten, kata Airlangga di DPP Partai Golkar, Jalan Anggrek Neli, Jakarta Barat, Minggu malam (23/6).
“Kita harus bekerja keras untuk memenangkan Ibu Airin sebagai Gubernur Banten,” kata Airlangga.
NewsRoom.id