NewsRoom.id – Ada kekecewaan dari politikus senior Partai Golkar terhadap kepengurusan Ketua Umum Bahlil Lahadalia yang terpilih dalam Munas XI di Jakarta.
Demikian dikatakan pakar hukum tata negara Refly Harun saat mengomentari langkah sejumlah kader Partai Golkar yang mengajukan gugatan terhadap penyelenggaraan Munas Golkar di Pengadilan Negeri Jakarta Barat.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Mereka menggugat penyelenggaraan Musyawarah Nasional ke-11 yang diduga melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) karena dilaksanakan di luar jadwal yang tercantum dalam AD/ART, yakni pada bulan Desember 2024.
“Sekarang petinggi Golkar kelihatannya mulai kecewa, semua petinggi Golkar sudah dicopot (dari kepengurusan Bahlil),” kata Refly seperti dikutip Sabtu (24/8).
Refly mengatakan, struktur kepengurusan Golkar di bawah kepemimpinan Bahlil memberi tempat kepada kader-kader muda partai beringin. Yakni, orang-orang yang usianya jauh lebih muda dari Bahlil.
“Wakil Sekjen, Puteri Komaruddin, kalau tidak salah, baru berusia awal 30-an, sementara para senior sudah gigit jari. Itu yang akhirnya membuat mereka mempermasalahkannya,” katanya.
Menurut Refly, tidak salah jika petinggi Partai Golkar mempertanyakan kongres yang telah memilih Bahlil. Apalagi jika nanti pengadilan melihat bukti bahwa pelaksanaan kongres Golkar tersebut dilakukan secara ilegal.
“Hal itu karena adanya tekanan terhadap Airlangga Hartarto, yang kemudian menyebabkan dia mengundurkan diri,” ujarnya.
“Meskipun tidak ada alasan yang memadai untuk pengunduran dirinya, konferensi nasional kemudian dimajukan dari Desember ke Agustus,” pungkasnya.
NewsRoom.id