NewsRoom.id – Hubungan Presiden Joko Widodo dan Presiden terpilih 2024-2029, Prabowo Subianto yang sebelumnya cukup harmonis, kini diduga mulai renggang.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Indikasi keretakan hubungan ini terlihat dari narasi politik yang dibangun Prabowo dan Jokowi dalam kesempatan terpisah.
Sebut saja saat Joko Widodo berpidato di pembukaan Kongres Nasdem hari ini. Dalam pidatonya, Jokowi merasa kawan-kawan koalisinya telah meninggalkannya, hanya Nasdem dan Surya Paloh yang masih setia.
Dalam pidatonya, Jokowi sama sekali tidak menyebut nama Prabowo yang juga Ketua Umum Gerindra.
Menurut Direktur Eksekutif Indonesia Future Studies (Infus), Gde Siriana Yusuf, pernyataan Jokowi tersebut merupakan respons tajam terhadap pernyataan Prabowo Subianto sebelumnya yang menyebut adanya pihak-pihak yang haus kekuasaan.
Meski tidak menyebut nama, narasi ini cukup kuat ditujukan kepada Jokowi.
“Mereka saling menanggapi tanpa menyebut nama. Ini kritik orang Jawa, substansinya tajam dan menyengat,” kata Gde Siriana kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (27/8).
Menurut Gde, keretakan hubungan Jokowi-Prabowo tak lepas dari peta politik Pilkada 2024 yang berubah drastis pascaputusan Mahkamah Konstitusi terkait syarat usia minimal calon kepala daerah saat mendaftar, yakni 30 tahun.
Putusan Mahkamah Konstitusi telah memblokir putra Jokowi, Kaesang Pangarep, untuk ikut serta dalam pemilihan gubernur 2024. Selain itu, Gerindra yang sebelumnya mendorong Kaesang untuk ikut dalam pilkada, justru menyingkirkan sang putra mahkota dengan mencalonkan calon lain, baik di pilkada Jakarta maupun Jawa Tengah.
“Intinya, hubungan Jokowi dan Prabowo sudah tidak seperti saat Pilpres 2024. Kaesang gagal menjadi calon gubernur atau calon wakil gubernur. Ini kekecewaan yang dirasakan Jokowi,” ujarnya. rmol news logo article
NewsRoom.id