Mesir Tingkatkan Kewaspadaan Saat WHO Nyatakan Keadaan Darurat Mpox

Otoritas kesehatan Mesir mengatakan pada hari Kamis bahwa mereka meningkatkan tindakan pencegahan setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan keadaan darurat terkait wabah mpox di Afrika.

Kementerian Kesehatan dan Kependudukan Mesir mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihak berwenang telah “mengaktifkan tindakan pencegahan kesehatan” di pelabuhan udara dan laut Mesir serta penyeberangan darat untuk mencegah masuknya mpox ke negara tersebut. Langkah-langkah tersebut termasuk “terus meningkatkan tingkat kesiapan departemen karantina” di titik-titik masuk, kata kementerian tersebut.

Apa itu mpox? Mpox, yang juga dikenal sebagai cacar monyet, adalah penyakit virus yang dapat menyebar antara hewan dan manusia. Penularan terjadi pada manusia melalui kontak fisik, termasuk aktivitas seksual. Mereka yang terinfeksi mpox biasanya mengalami ruam, sementara demam dan nyeri otot merupakan gejala lainnya. Mpox ditemukan pada tahun 1958 di antara monyet, dengan kasus manusia pertama tercatat pada tahun 1970 di tempat yang sekarang menjadi Republik Demokratik Kongo, menurut pembaruan April dari Pusat Pengendalian Penyakit AS (CDC).

Ada dua jenis mpox. Klade II, yang bertanggung jawab atas wabah global tahun 2022, endemik di Afrika Barat dan memiliki tingkat kelangsungan hidup 99%. Jenis lainnya, Klade I, menyebabkan penyakit yang lebih parah, dan beberapa wabah telah menewaskan hingga 10% dari mereka yang sakit. Klade I endemik di Afrika Tengah, menurut CDC.

Kementerian berupaya meyakinkan masyarakat bahwa mpox saat ini tidak menyebar dengan kecepatan yang sama seperti virus corona pada puncak pandemi.

“Laporan dan penelitian menunjukkan bahwa kecil kemungkinan mpox akan berubah menjadi pandemi seperti corona (COVID-19), tetapi sejauh ini dianggap sebagai keadaan darurat kesehatan yang menjadi perhatian internasional,” kata kementerian dalam pernyataan tersebut.

Mengapa hal ini penting: WHO mengumumkan keadaan darurat global pada hari Rabu terkait wabah penyakit baru-baru ini di beberapa negara Afrika.

Terdapat 567 kasus baru mpox yang dilaporkan di benua Afrika pada bulan Juni, naik 22% dari bulan sebelumnya, dan terdapat 934 kasus baru yang dilaporkan di seluruh dunia, termasuk Afrika, Organisasi itu mengatakan dalam sebuah laporan pada hari Senin, menambahkan bahwa 208 orang telah meninggal sejak penyakit itu pertama kali menyebar dalam jumlah besar pada awal tahun 2022.

Situasi saat ini khususnya mengkhawatirkan di Republik Demokratik Kongo, tempat penyakit ini menyebar di kalangan orang dewasa dan anak-anak melalui berbagai jalur penularan, serta di beberapa wilayah Afrika Barat, Tengah, dan Timur. Di tempat lain di benua ini dan di seluruh dunia, mpox terutama menyerang pria yang berhubungan seks dengan pria dan menyebar melalui hubungan seksual, menurut WHO.

Tidak ada kasus baru yang dilaporkan di Mediterania Timur, wilayah yang meliputi Mesir, sebagian Afrika Utara, dan Timur Tengah, pada bulan Mei dan Juni. Kasus di bagian lain dunia menurun dari bulan Mei hingga Juni. Ada 175 kasus di Amerika pada bulan Juni, 100 di Eropa, 81 di Pasifik Barat, dan 11 di Asia Tenggara, menurut WHO.

Meningkatnya kasus mpox di wilayah lain Afrika menimbulkan risiko bagi dunia, kata kepala organisasi tersebut.

“Potensi penyebaran lebih lanjut di Afrika dan sekitarnya sangat mengkhawatirkan,” Associated Press mengutip pernyataan Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada hari Rabu.

Pada hari Kamis, Badan Kesehatan Masyarakat Swedia mengatakan bahwa sebuah kasus Clade I telah terdeteksi di negara tersebut. Orang tersebut terinfeksi di wilayah Afrika yang dirahasiakan, dan itu adalah kasus Clade I pertama yang didiagnosis di luar benua tersebut, kata badan tersebut.

Pernyataan WHO tersebut menyusul pengumuman Pusat Pengendalian Penyakit Afrika tentang keadaan darurat kesehatan masyarakat pada hari Selasa. Kepala kelompok tanggap darurat pusat tersebut, Salim Abdool Karim, mengatakan bahwa versi baru mpox yang menyebar dari Kongo tampaknya memiliki tingkat kematian 3-4%, menurut Associated Press.