NewsRoom.id Wacana perombakan Kabinet Indonesia Maju dimaknai sebagai agenda tersembunyi Presiden Joko Widodo untuk menitipkan orang-orang kepercayaan kepada pemerintahan Prabowo-Gibran.
Direktur Eksekutif Indonesia Future Studies (Infus), Gde Siriana memaknai wacana perombakan kabinet sebagai kabinet transisi sebelum pemerintahan Prabowo berlaku efektif.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
“Jokowi seolah ingin menunjukkan bahwa dirinya masih punya pengaruh di pemerintahan Prabowo. Mungkin ingin meyakinkan orang-orangnya yang masuk daftar reshuffle bahwa mereka akan berguna sampai kabinet Prabowo,” kata Gde kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (13/8).
Di sisi lain, wacana perombakan kabinet bukan hal yang lazim terjadi di sisa tahun kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
“Perombakan kabinet merupakan hak prerogatif presiden, namun hal tersebut menjadi hal yang tidak lazim mengingat masa jabatan (Presiden Jokowi) kurang dari 3 bulan lagi,” pungkas Gde.
Kabar perombakan kabinet mulai merebak minggu ini. Kabarnya menteri dari Nasdem dan PDIP akan dicopot dari kabinet. Mereka adalah Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya Bakar dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly.
Sementara itu, Presiden Jokowi belum memberikan jawaban pasti terkait wacana perombakan kabinet.
“Ya kalau memang dibutuhkan (reshuffle). Tadi sudah saya sampaikan, kalau memang dibutuhkan, saya tetap punya hak prerogatif itu,” kata Presiden Jokowi di IKN, Kalimantan Timur.
NewsRoom.id









