Pencalonan Bobby menuai kritik pedas dari kader dan simpatisan PKS. Tadi malam, simpatisan menyampaikan kekesalan dan rasa jijik mereka terhadap langkah partai oranye itu. Sebagian mengaku menyesal telah memilih PKS pada pemilu lalu. Dan sebagian lainnya bersumpah tidak akan mendukung PKS lagi.
Ketua DPW PKS Sumut Dr Usman Ja'far mengatakan partainya tidak punya pilihan di tengah kondisi permainan catur di Sumut yang kurang ideal saat ini. “Itu tidak bisa dihindari,” kata Usman terkait pencalonan Bobby. Ia membantah tudingan bahwa pencalonan Bobby dilakukan karena imbalan uang.
Usman Ja'far yakin masyarakat bisa memahami keputusan PKS tersebut. Ia pun menegaskan pimpinan PKS siap menerima konsekuensi yang akan terjadi.
Benarkah PKS tidak bisa menghindari pencalonan Bobby? Ini sangat “bisa diperdebatkan”.
Pertama, memang ada ketentuan dalam UU Pemilu No. 7/2017 pasal 235 ayat 5 yang menyebutkan sanksi berupa larangan mengikuti pemilu berikutnya apabila partai tidak mengusung calon presiden atau kepala daerah. Namun, pada Pilgub Sumut 2024, PKS lebih mudah berhadapan dengan konstituennya dengan memilih sanksi tidak ikut pemilu ketimbang menyakiti perasaan rakyat yang sudah sangat muak dengan dinasti Jokowi.
Kedua, PKS akan lebih mudah menjelaskan kepada publik bahwa mereka harus berkoalisi dengan PDIP, yang hampir pasti akan mencalonkan Edy Rahmayadi. Memang sangat mungkin PDIP tidak akan mencalonkan ER, yang akan membuat PKS berada dalam dilema. Namun, dilema tidak mencalonkan Bobby jauh lebih mudah dijelaskan daripada keputusan mendukung dinasti Jokowi seperti yang dilakukan PKS saat ini.
Ketiga, PKS seharusnya mengajukan calon ketiga sejak awal. Memang tidak mudah mencari mitra koalisi. Pasalnya, Bobby telah membeli Gerindra, Golkar, Demokrat, Nasdem, PKB, dan PAN dengan total 62 kursi di DPRD Sumut. Namun, jika PKS berupaya mengajak satu atau dua partai pendukung Bobby untuk mengajukan calon alternatif namun gagal, dapat dijelaskan secara terbuka kepada publik bahwa PKS telah berupaya menghindari Bobby namun gagal.
Sayangnya, PKS tidak mencoba merintis jalannya sendiri. Yang terlihat justru PKS antusias mengikuti jejak Bobby.
Ada bocoran menarik soal antusiasme itu. Konon, sejumlah kader senior PKS di Sumut sangat mendukung pencalonan Bobby. “Mereka memang tidak mau mendukung Pak Edy,” kata sumber kami. Para kader itu, kata sumber kami lagi, memang penggemar berat Bobby.
Bagaimana dengan masa depan? Pertanyaan ini sangat menarik. Dan juga mendebarkan. PKS harus memahami suasana psikologis masyarakat yang sudah sangat muak dengan keluarga Jokowi, termasuk Bobby Nasution. Tidak berlebihan jika diprediksi PKS akan kehilangan dukungan yang signifikan. Ini yang pertama.
Kedua, ke depannya PKS akan terus dikritik, terutama di media sosial. Serangan di media sosial dikhawatirkan akan memperburuk citra PKS yang selama ini sangat disegani masyarakat karena dinilai teguh menentang kesewenang-wenangan rezim.
Hari ini, agaknya ludah paling lembut yang akan dilemparkan kepada partai dakwah ini adalah: PKS akhirnya mendukung dinasti Jokowi.()
3 Agustus 2024
NewsRoom.id









