NewsRoom.id Fenomena kotak lawan kosong yang berpotensi terjadi di sejumlah daerah pada Pilkada Serentak 2024 menunjukkan demokrasi makin merosot.
Direktur Eksekutif Lingkar Madani (Lima) Indonesia Ray Rangkuti mencatat potensi kotak kosong pada Pilkada DKI Jakarta, Sumatera Utara (Sumut), dan Jawa Timur (Jatim) 2024.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
“Ini merupakan kelanjutan dari kemunduran demokrasi di era kepemimpinan Jokowi,” kata Ray Rangkuti kepada Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (10/8).
Ray menjelaskan mengapa hal itu bisa disebut sebagai kelanjutan. Menurutnya, hal itu merupakan aksi politik pascaputusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait syarat pencalonan presiden dan wakil presiden pada Pilpres 2024.
Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut berujung pada putusan Mahkamah Agung (MA) terkait batas usia minimal calon kepala daerah pada Pilkada 2024.
“Ketentuan ini memberikan angin segar bagi putra Jokowi, Kaesang, untuk ikut bertarung di Pilkada. Kemudian, lawan kotak kosong mulai menjamur di Pilkada,” kata pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.
Menurut Ray, fenomena kotak kosong tak lain agar calon-calon idaman para penguasa dan kroninya bisa mulus mengisi jabatan kepala daerah.
Akibat kondisi ini, kata Ray, Jokowi dan kroninya secara perlahan tapi pasti tengah menghancurkan tatanan demokrasi yang dibangun selama ini.
“Mereka menganggap demokrasi hanya tentang aturan yang memperbolehkan dan melarang. Bukan tentang moral atau etika bernegara,” pungkas aktivis 98 ini.
NewsRoom.id









