NewsRoom.id – Putra sulung Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, Guntur Soekarnoputra, mengutip pernyataan sang ayah soal perspektif kekuasaan. Katanya, Soekarno pernah mengatakan bahwa kekuasaan presiden pun ada batasnya.
“Apa kata Bung Karno? Simpan saja semua yang kau tahu, jangan ceritakan kepada rakyat tentang penderitaan dan kepedihanku, biarkan aku yang jadi korban, selama Indonesia masih bersatu, aku melakukan ini demi persatuan, demi persatuan, demi kejayaan bangsa. Jadi, penderitaanku ini adalah kesaksian bahwa kekuasaan, bahkan presiden pun ada batasnya, tidak peduli siapa pun presidennya. Kekuasaannya ada batasnya, karena kekuasaan yang kekal hanyalah kekuasaan rakyat, dan di atas segalanya adalah kekuasaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala,” kata Guntur di Ruang Delegasi Gedung Nusantara V, MPR RI, Senin (9/9/2024).
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Guntur menyampaikan hal itu saat menghadiri acara penerimaan surat pimpinan MPR RI perihal tidak berlaku lagi TAP MPRS Nomor XXXIII/MPRS/1967 bagi keluarga Soekarno, Sang Proklamator dan Presiden Pertama Republik Indonesia.
Ia menilai, dalam pernyataan Soekarno, rakyat dapat melihat dan menilai bahwa sekalipun dalam keadaan terluka, menderita, Bung Karno tetap memilih untuk menjaga persatuan bangsanya. Soekarno memimpikan kejayaan Indonesia tercinta dalam bentuk negara Indonesia sosialis modern, tetapi beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.
“Saya sependapat dengan pidato Ketua MPR yang menyatakan pelantikan resmi lembaga MPR dan ketetapan presiden nomor 83/TK/2012 tanggal 7 November 2012, serta pidato kenegaraan Presiden Joko Widodo di Istana Negara pada tanggal 7 November 2022, yang pada pokoknya selain menegaskan bahwa TAP MPRS nomor 33/MPRS/1967 telah dinyatakan tidak berlaku lagi, dan tuduhan terhadap Bung Karno bahwa telah melakukan makar terhadap bangsa dan negara tidak terbukti dan telah batal demi hukum, sekali lagi tidak terbukti dan telah batal demi hukum,” tegas Guntur.
Guntur menilai, hal ini sebagai ikhtiar kita semua untuk menghapus stigma negatif terhadap seorang proklamator dan bapak bangsa, sekaligus membangun rekonsiliasi nasional demi persatuan bangsa Indonesia.
Guntur mengatakan, yang terpenting adalah persatuan Bangsa Indonesia sebagai syarat membangun kejayaan Bangsa Indonesia, rakyat tercinta sebagai negara sosialis modern.
“Sekali lagi, negara sosialis modern tetapi juga negara yang religius dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,” jelas Guntur.
Atas nama keluarga besar dan masyarakat pecinta Bung Karno, Guntur menyampaikan rasa terima kasih kepada pimpinan MPR RI, Menteri Hukum dan HAM, serta semua pihak yang telah mendukung acara ini.
Kegiatan ini menempatkan Bung Karno kembali pada tempatnya yang semestinya, yaitu sebagai Bapak Bangsa yang merupakan pejuang kemerdekaan Indonesia, pelopor Pancasila, dan tokoh dunia.
“Mereka yang menginginkan dunia kembali telah berjuang sepanjang hidupnya untuk kepentingan rakyat, bangsa, dan negaranya, dan tidak pernah cacat hukum, apalagi mengkhianati bangsa dan negaranya sendiri. Perlu dicatat bahwa mereka tidak pernah cacat hukum, apalagi mengkhianati bangsa dan negaranya sendiri,” jelas Guntur.
NewsRoom.id