NewsRoom.id – Musisi legendaris Setiawan Djody berbagi pengalaman usai menggarap lagu hits seperti “Bento” dan “Bongkar” lewat SWAMI dan Kantata Takwa.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
SWAMI dan Kantata Takwa dibentuk saat Orde Baru masih berkuasa.
Lagu-lagu SWAMI tersebut dinilai sangat relevan dengan kondisi sosial politik Indonesia saat itu, yang mana kerap dijadikan lagu balada oleh para penentang rezim Orde Baru yang kerap melakukan tindakan sewenang-wenang.
Setiawan Djody menyatakan, pihaknya mendukung dan sepakat mengkritisi sistem pemerintahan masa Orde Baru yang saat itu dipimpin Presiden Soeharto.
“Saya dukung dan saya harus mendengarkan, asal saya sampaikan kritikan pemerintah itu wajar karena mayoritas presiden dan rakyat itu dari Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, itu perlu wajar, jangan terlalu frontal, mereka sepakat, kemudian lahirlah SWAMI, yang pertama itu unpacking, bento,” kata Setiawan Djodi kepada Zulfan Lindan dalam podcast Unpacking yang dikutip Harian Terbit, Kamis, 12 September 2024.
Namun, musisi legendaris itu mengungkapkan, setelah lagu “Bento” dan “Bongkar” viral di eranya, dirinya kerap ditelepon untuk menemui Benny Moerdani yang menjabat sebagai Menteri Pertahanan di era Orde Baru.
Benny Moerdani meminta Setiawan Djody menjelaskan makna dan tujuan lagu-lagu tersebut.
“Saya sering dipanggil Pak Benny, tapi nggak apa-apa, maksudnya apa Jod, nanti saya jelaskan, apa yang mau diungkap, nanti saya jelaskan,” terang Djody.
Karena kerap disapa, Setiawan Djody terkadang dianggap punya hubungan dekat dengan Benny Moerdani.
Sementara itu, Setiawan mengatakan, apa yang terjadi adalah dirinya merasa terpanggil, bahkan untuk menjelaskan makna di balik setiap lagu yang diciptakannya.
“Jadi kadang orang mengira saya sangat dekat dengan Bebby Moerdani padahal saya ditelepon oleh beliau untuk berkomunikasi dengan beliau,” imbuhnya.
Selain band SWAMI, Setiawan juga membentuk band Kantata Takwa yang dikenal semakin kritis melalui lagu-lagunya.
“Kalau mau kritik ya sopan saja. Jadi kami sepakat untuk membuatnya, akhirnya kami sepakat untuk membuat Cantata Takwa,” kata Setiawan.
Setiawan juga mengakui bahwa lagu-lagu yang dibawakan Kantata Takwa lebih keras dibanding SWAMI dalam hal kritikan.
“Memang jauh lebih berat, situasinya juga agak berbeda, tapi saya tidak pernah ditegur oleh Pak Soeharto,” imbuhnya.
Setiawan Djody mengaku menjadi sponsor album SWAMI dan Kantata Takwa.
“Saya akui, saya sudah bayar supaya bisa didistribusikan,” kata Setiwan Djody.
Sekadar informasi, SWAMI sendiri merupakan album dari grup musik SWAMI yang dirilis pada tahun 1989. Sebuah proyek kolaborasi musik dari musisi Indonesia, yakni Iwan Fals, Sawung Jabo, Nanoe, Innisisri, dan Naniel.
Sementara itu, Katata Taqwa merupakan lagu religi hasil kolaborasi dengan Setiwan Djody dan Jockie.***
NewsRoom.id