Israel Tewaskan Pemimpin Hizbullah Ibrahim Aqil dan Tujuh Orang Lainnya dalam Serangan di Beirut

Israel menewaskan komandan senior Hizbullah Ibrahim Aqil dan sedikitnya tujuh orang lainnya dalam serangan udara di lingkungan pemukiman padat penduduk di Beirut pada hari Jumat.

Sumber keamanan Lebanon mengatakan kepada Middle East Eye bahwa Aqil tewas dalam serangan itu. Aqil adalah orang kedua dalam komando Hizbullah sejak Fuad Shukr tewas dalam serangan Israel di Beirut pada bulan Juli.

Pertahanan Sipil Lebanon mengatakan dua bangunan runtuh di lingkungan Jamous selama serangan itu. Setidaknya delapan orang tewas dan 59 orang terluka, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon.

Hizbullah mengatakan pihaknya telah menyerang markas intelijennya di Lebanon utara dengan roket sebagai balasan, dan menyebutnya “bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut”.

Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati mengatakan serangan Israel terhadap Beirut menunjukkan Israel “tidak memperhatikan pertimbangan kemanusiaan, hukum, atau moral apa pun”.

Amerika Serikat telah memberikan hadiah sebesar $7 juta untuk kepala Aqil, menuduhnya terlibat dalam pengeboman kedutaan besar AS di Beirut tahun 1983, yang menewaskan 63 orang, serta serangan terhadap barak Marinir AS di Lebanon pada tahun yang sama yang menewaskan 241 orang lainnya.

Konflik selama setahun antara Israel dan Hizbullah mencapai puncak baru minggu ini, ketika ribuan pager dan radio genggam diledakkan dalam dua serangan mendadak Israel.

Ledakan itu menewaskan 37 orang, termasuk dua anak-anak, dan melukai ribuan lainnya – banyak di antaranya terluka parah.

Pada hari Kamis, pesawat tempur Israel menggempur Lebanon selatan dan timur dengan serangan udara saat pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah menyampaikan pidato yang berisi sumpah balas dendam dan menegaskan gerakannya tidak akan pernah meninggalkan warga Palestina di Gaza.

Konflik terbaru antara Israel dan Hizbullah, yang muncul dari perlawanan terhadap pendudukan Israel tahun 1982-2000 di Lebanon selatan, dimulai sehari setelah serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan.

Hizbullah mengatakan pihaknya tidak menginginkan perang besar dengan Israel dan akan menghentikan serangan roket dan artileri, yang dikatakannya sebagai bentuk solidaritas dengan orang-orang yang menjadi sasaran di Gaza, karena Hamas dan pemerintah Israel sepakat untuk melakukan gencatan senjata di daerah kantong Palestina tersebut.

Ratusan warga Lebanon tewas dalam pertempuran itu, begitu pula banyak warga sipil yang tewas bersama pejuang Hizbullah, serta puluhan warga Israel. Di Gaza, militer Israel telah menewaskan lebih dari 40.000 warga Palestina.

Rusia, Yordania dan Mesir semuanya mengatakan serangan Israel minggu ini merupakan upaya untuk menyeret Timur Tengah ke dalam perang regional yang lebih luas.

Ini adalah cerita yang sedang berkembang…