NewsRoom.id – Pada awal pemerintahan Prabowo Subianto, dirinya setiap tahun mencari utang baru untuk menutupi utang warisan kepemimpinan Joko Widodo.
“Saya kira ke depan, 5 tahun pertama era Presiden Prabowo, rata-rata 1.500 sampai 1.700 triliun setiap tahun akan cari utang baru. Kenapa? Karena untuk bayar utang lama, bunga utang, dan tutup defisit,” kata pakar fiskal Awalil Rizky dalam acara Insan Cita virtual bertema Warisan Utang Jokowi dan Prospek Pemerintahan Prabowo, Minggu malam (15/9).
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Awalil mengatakan, jika pemerintahan Prabowo tidak mampu merumuskan cara untuk mengakhiri utang negara, maka pemerintah tidak akan lagi memiliki dana cadangan untuk memitigasi risiko seperti merebaknya krisis ekonomi global ke Indonesia.
“Di situlah ada yang namanya risiko pembiayaan kembali. Jadi salah satu risiko besar bagi perekonomian Indonesia, khususnya fiskal, kalau tidak bisa mendapatkan utang baru, semuanya akan berantakan,” katanya.
“Karena utang baru mutlak diperlukan untuk melunasi utang lama beserta bunganya dan juga menutupi defisit,” lanjutnya.
Menurutnya, apabila pemerintah membuat kebijakan APBN bebas utang, fiskal akan tetap kesulitan dan APBN akan terbebani akibat penumpukan utang lama.
“Jadi meskipun APBN dibuat tanpa utang, tetap saja akan sulit karena tetap harus membayar cicilan utang. Kondisi utang itu tidak aman, sudah di luar banyak anjuran buku teks, praktik dasar, bahkan akal sehat,” pungkasnya.
NewsRoom.id