NewsRoom.id -Tindakan mahasiswa di depan Kejaksaan sambil membawa bangku dinilai sebagai bentuk akumulasi kekecewaan yang sangat mendalam.
Dalam aksi yang terjadi pada Kamis (26/9), mahasiswa meminta Kejaksaan Agung mengusut dugaan manipulasi aset tersangka kasus Jiwasraya, Heru Hidayat.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Ya, jadi di situlah menunjukkan bahwa di tengah kita melakukan reformasi, kita butuh jaksa yang profesional. Tapi kemudian kita lihat, kejaksaan juga jadi broker, kata pengamat politik Rocky Gerung saat dihubungi RMOL, Kamis malam ( 26/9).
Jadi, lanjut Rocky, ekspresi mahasiswa yang melakukan aksi membawa mobil bangku itu merupakan potret masyarakat menuju kantor kejaksaan saat gedung tersebut terbakar beberapa waktu lalu.
“Masyarakat merasa karena terlalu banyak tindak pidana, jaksa membakar berkasnya sendiri,” sindir Rocky.
Di sisi lain, Rocky menilai sejak beberapa tahun terakhir citra kejaksaan terus terpuruk. Sayangnya, buruknya kinerja jaksa juga menjadi catatan bagi lembaga-lembaga internasional.
Ya, karena perlakuan JPU juga mempermainkan kasus, menunda eksekusi karena ingin kasihan juga. “Itu sudah menjadi semacam rahasia umum, bahkan pengetahuan umum,” kata Rocky.
Sebelumnya, Komite Aksi Mahasiswa Reformasi dan Demokrasi (Kamerad) menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung Kejaksaan Agung, Jalan Bulungan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (26/9).
Dalam aksinya, Sahabat mendesak Kejaksaan Agung mencopot Jampidsus Febrie Adriansyah karena diduga memanipulasi aset PT Gunung Bara Utama milik tersangka kasus Jiwasraya, Heru Hidayat.
Para pengunjuk rasa membawa berbagai poster dan spanduk yang mengkritik Kejaksaan Agung. Mereka bahkan secara simbolis menuangkan air yang dibawa truk tinja ke halaman Kejagung.
NewsRoom.id