NewsRoom.id – Pakar hukum tata negara Refly Harun mengemukakan 3 alasan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri bergabung dengan pemerintahan Presiden terpilih Prabowo Subianto.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Pertama, Megawati bisa meneruskan kekuasaannya setelah dua periode di pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), kedua, ia sudah lelah menjadi oposisi, dan ketiga, hubungannya dengan Prabowo tidak bermasalah dan kalaupun terjadi perselisihan masih bisa diperbaiki.
“Alasannya, pertama, Megawati sudah terbiasa berkuasa dan berkuasa itu enak hampir 10 tahun terakhir, kedua, beroposisi itu tidak enak, paling tidak dia merasakannya selama 10 tahun di era SBY dan beberapa bulan di era Jokowi saat setengah beroposisi,” tuturnya.
“Dan alasan ketiga, tidak ada masalah komunikasi antara Mega dan Prabowo, masalahnya ada pada Mulyono, masalahnya ada pada Gibran, tapi memperbaiki hubungan antara Prabowo dan Megawati jauh lebih mudah ketimbang memperbaiki hubungan antara Megawati dan Jokowi,” imbuhnya, dikutip dari YouTube Refly Harun, Rabu (11/9).
Sementara sebelumnya, Ketua DPP PDIP Puan Maharani mengungkapkan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri akan bertemu dengan Presiden terpilih Prabowo Subianto dalam waktu dekat.
“Ya Insyaallah akan (bertemu). Ya, banyak. Kalau ketemu pasti banyak yang dibahas,” kata Puan di Gedung DPR RI, Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (10/9/2024), dikutip dari IDN Times.
Ia mengatakan pertemuan Megawati dan Prabowo merupakan bagian dari silaturahmi nasional, tetapi tidak menutup kemungkinan adanya pembicaraan koalisi.
Ia bahkan meramalkan pertemuan itu akan digelar sebelum Prabowo dilantik sebagai kepala negara menggantikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 20 Oktober mendatang.
“Silaturahmi itu penting, InsyaAllah akan ada pertemuan. Akan ada pembicaraan tentang itu (pembicaraan koalisi), kita tunggu saja,” katanya.
NewsRoom.id