NewsRoom.id – Pengamat politik Refly Harun menilai Partai Keadilan Sejahtera (PKS) rela menelantarkan Anies Baswedan dan kubu perubahan dengan tidak memajukannya di Pilgub DKI Jakarta 2024 karena tersandera tawaran kenikmatan.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Tak hanya itu, PKS bahkan mengklaim mengalami kerugian saat mendukung Anies Baswedan di Pilpres 2024 kemarin, yakni tidak mendapatkan efek ikutan dari dukungannya seperti Partai NasDem dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
“PKS tersandera tawaran kesenangan sehingga menelantarkan Anies Baswedan dan kubu perubahan. Bahkan mengklaim penambahan kursi PKS tidak signifikan, katanya hanya dua kursi,” ungkapnya.
“Dia lupa bahwa mempertahankan jumlah yang banyak lalu menjadi juara itu bukan hal yang mudah,” imbuh pakar hukum tata negara itu, dikutip dari YouTube Refly Harun, Jumat (6/9).
Seperti diberitakan sebelumnya, politikus PKS Tifatul Sembiring mengakui partainya mengalami kerugian dengan mendukung Anies Baswedan di Pilpres 2024 karena tidak mendapatkan efek jera saat mencalonkannya.
“Mungkin benar, secara kirologi. Tapi secara fakta data, yang kena tail effect Anies di pilpres lalu bukan PKS. Tapi Nasdem dan PKB, masing-masing naik 10 kursi,” kata Tifatul di akun X (Twitterr), Senin (2/9/2024), dikutip dari TV One News.
Meski dirugikan, PKS merupakan partai pertama yang mencalonkan Anies di Pilgub DKI Jakarta 2024, tetapi tidak mendapat respons baik. “Namun, yang pertama, sangat awal mencalonkan Anies di Pilgub DKI Jakarta, adalah PKS. Sayangnya, responsnya tidak baik,” jelasnya.
Ia mengatakan keputusan PKS merupakan hasil keputusan syuro, bukan keputusan satu orang. “Itu keputusan syuro, bukan keputusan satu orang. Di PKS mekanismenya bukan instruksi ketua umum. Mohon maaf, ini cara membuat kebijakan,” katanya.
Kemudian ia menyinggung Anies yang tengah mempertimbangkan pembentukan partai politik, menurutnya semua warga negara berhak untuk itu, jadi sebaiknya jangan sampai terprovokasi hanya karena perbedaan pemilihan kepala daerah.
“Setiap warga negara berhak mendirikan partai, dijamin oleh konstitusi. Bebas, siapa saja boleh mendirikan partai. Termasuk Pak Anies Baswedan. Jangan terus-terusan memprovokasi, Pak. Hanya karena satu atau dua kali pemilihan kepala daerah, pilihannya jadi berbeda,” katanya.
NewsRoom.id