NewsRoom.id – Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok dan Mongolia, Djauhari Oratmangun, mengatakan hubungan Indonesia dan Tiongkok akan semakin erat di era pemerintahan baru yang dipimpin oleh Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
“Kami optimis di bawah pemerintahan baru, hubungan Indonesia dan Tiongkok akan terus semakin kuat, memperkuat kerja sama yang bermanfaat bagi kedua negara di bidang perdagangan, investasi, infrastruktur, dan pertukaran people-to-people,” kata Djauhari, dikutip di Jakarta, Rabu (30/10/2024).
Hal itu ia sampaikan pada resepsi diplomatik memperingati HUT ke-79 Republik Indonesia yang dihadiri sekitar 500 orang, antara lain para duta besar, diplomat negara sahabat, pejabat pemerintah, pimpinan dunia usaha dari Tiongkok, dan warga negara Indonesia (WNI). dengan berbagai profesi. Hadir pula Wakil Menteri Luar Negeri Tiongkok Sun Weidong.
“Dalam pidato pertamanya di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Presiden Prabowo menekankan pentingnya persatuan dan optimisme dalam menghadapi tantangan global. Beliau menekankan kepercayaan diri Indonesia dalam menghadapi masa-masa penuh gejolak, dengan mengandalkan kekayaan alam dan sumber daya manusia yang dimiliki Indonesia,” kata Duta Besar.
Pemerintahan baru, kata Djauhari, akan mengedepankan program-program utama, seperti pengelolaan sumber daya alam, pencapaian swasembada pangan dan energi, serta peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui hilirisasi industri.
“Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk memastikan pertumbuhan ini bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat. Bahkan di kancah internasional, Indonesia akan menjaga politik luar negeri yang bebas dan aktif, dengan menyeimbangkan netralitas dengan kontribusi aktif terhadap perdamaian, keamanan, dan kesejahteraan dunia. ,” tambah Djauhari.
Indonesia, menurut Djauhari, tetap berkomitmen membina hubungan damai dengan semua negara, berdasarkan prinsip saling menghormati dan kepentingan bersama.
“Dengan menjaga prinsip kedaulatan dan non-intervensi, Indonesia akan terus mendorong kerja sama, multilateralisme, dan solusi damai dalam menyelesaikan perbedaan,” tegas Djauhari.
Terkait hubungan dengan Tiongkok, Djauhari yang menjabat sejak 2018 mencatatkan pertumbuhan yang konsisten, terutama di bidang perdagangan dan investasi.
Pada tahun 2019, volume perdagangan Indonesia dan Tiongkok tercatat sebesar 79,76 miliar dolar AS dan pada tahun 2023 hampir dua kali lipat menjadi 139,26 miliar dolar AS dengan surplus di Indonesia.
Hingga September 2024, perdagangan bilateral Indonesia dan Tiongkok telah mencapai 105,62 miliar dolar AS.
Selain itu, di bidang investasi, Tiongkok masih menjadi salah satu investor utama Indonesia dengan kontribusi signifikan di bidang energi terbarukan, infrastruktur, kesehatan, dan transportasi.
Pada tahun 2014, investasi Tiongkok di Indonesia hanya bernilai 800 juta dolar AS. Pada tahun 2023, investasi dari Tiongkok ke Indonesia mencapai 7,4 miliar dolar AS, sedangkan dari Hong Kong mencapai 6,5 miliar dolar AS.
Yang tidak kalah penting di bidang pariwisata, sebelum pandemi, pada tahun 2019 terdapat 2,07 juta wisatawan asal Tiongkok, sedangkan dari Indonesia sebanyak 700 ribu WNI yang datang ke Tiongkok. Bali tetap menjadi tujuan wisata favorit, menarik 1,1 juta wisatawan Tiongkok pada tahun 2019.
Indonesia menargetkan 1 – 1,5 juta wisatawan Tiongkok datang ke Indonesia pada akhir tahun 2024.
“Hingga Agustus tahun ini, sebanyak 700 ribu wisatawan Tiongkok telah berkunjung ke Indonesia, hal ini menunjukkan kuatnya ikatan pariwisata kita dan semakin besarnya minat terhadap keindahan alam dan keanekaragaman budaya Indonesia,” kata Djauhari.
Namun, hubungan kedua negara lebih dari sekedar angka.
“Salah satu pilar terkuat hubungan kami terletak pada hubungan antarmanusia yang berkembang seiring berjalannya waktu. Sebelum pandemi, lebih dari 15 ribu pelajar Indonesia menempuh pendidikan tinggi di Tiongkok. “Saat ini terdapat lebih dari 6 ribu pelajar Indonesia yang belajar di Tiongkok. Hal ini mencerminkan kuatnya pertukaran pendidikan kita dan rasa saling menghormati yang mendalam antara kedua negara,” jelas Djauhari.
Dalam acara tersebut, Djauhari juga memperkenalkan program Golden Visa yang menawarkan izin tinggal 5-10 tahun dengan keunggulan proses administrasi yang lebih mudah, akses multiple entry dan kepemilikan aset.
“Golden Visa mencerminkan komitmen kami terhadap lingkungan yang ramah investor. Saya mendorong investor Tiongkok dan mitra internasional untuk memanfaatkan peluang ini. Dengan berinvestasi di Indonesia, Anda berkontribusi terhadap pertumbuhan bersama dan memperoleh peluang di salah satu pasar dengan pertumbuhan tercepat di dunia. dunia,” kata Djauhari.
NewsRoom.id