NewsRoom.id – Mantan presiden Bolivia, Evo Morales, ditembak mati pada Minggu waktu setempat. Orang-orang bersenjata itu mencoba membunuhnya dengan mengarahkan senjatanya ke mobil yang ditumpanginya.
Morales sendiri selamat dari serangan itu. Namun, pengemudinya terluka ketika seorang penyerang dengan wajah tertutup menembak ke arah kendaraannya saat dia sedang dalam perjalanan menuju wawancara dengan sebuah stasiun radio di kota Cochambamba.
“Mobil yang saya tumpangi memiliki 14 lubang peluru,” kata Morales.
“Ini sudah direncanakan. “Idenya adalah membunuh Evo,” tegasnya.
Stasiun radio yang mewawancarai Morales Kawsachun Coca juga merilis video yang memperlihatkan truk pikap berisi peluru yang ditumpangi Morales. Kaca depan terdapat tiga lubang peluru dan kepala pengemudi berlumuran darah.
Morales sendiri menyalahkan pemimpin saat ini, Presiden Luis Arce. Arce adalah mantan sekutu dan menteri kabinet, tetapi baru-baru ini berselisih dengannya.
“Lucho telah menghancurkan Bolivia dan sekarang dia ingin menghilangkan proses kami dengan membunuh Evo,” kata Morales, lagi-lagi menggunakan nama panggilan Presiden.
“Untungnya, nyawa saya terselamatkan,” katanya.
Dalam pembaruan di media sosial X, Morale juga mengatakan dia telah mengajukan pengaduan ke Komisi Hak Asasi Manusia Inter-Amerika yang berbasis di Kosta Rika. Dia secara resmi menuduh agen pemerintah berada di balik upaya pembunuhan terhadap dirinya.
Sementara itu, Presiden Arce telah memerintahkan penyelidikan segera dan menyeluruh untuk mengklarifikasi fakta seputar dugaan penyerangan Morales. Arce sebelumnya merombak kepemimpinan militer sebagai bagian dari upaya memulihkan ketertiban pada hari Sabtu.
“Setiap praktik kekerasan dalam politik harus dikutuk dan diklarifikasi,” tambah Arce.
Morales adalah mantan petani koka yang kini berusia 65 tahun. Ia menjabat sebagai presiden pada tahun 2006 hingga 2019 dan sangat populer di negara Andes tersebut.
Namun, ia terjatuh akibat mencoba melanggar konstitusi untuk mencalonkan diri untuk masa jabatan keempat. Dia terpaksa mengundurkan diri setelah kehilangan dukungan dari militer setelah pemilu yang ditandai dengan tuduhan penipuan, dan melarikan diri ke Meksiko.
Morales kembali ke Bolivia pada tahun 2020 untuk mencari kebangkitan politik. Dia dan Arce sama-sama bersaing untuk mencalonkan diri sebagai partai berkuasa MAS pada pemilihan presiden Agustus 2025, meski Morales secara hukum dilarang mencalonkan diri lagi.
Morales saat ini sedang diselidiki atas tuduhan pemerkosaan, perdagangan manusia dan penyelundupan manusia atas dugaan hubungan seksualnya dengan seorang anggota pengawal pemuda politiknya yang berusia 15 tahun pada tahun 2015. Pendukung Morales telah melakukan protes dengan memblokir jalan-jalan utama di seluruh negeri selama dua tahun. minggu. .
Di sisi lain, anggota parlemen yang dekat dengan Morales, Anyelo Cespedes, mengatakan bahwa setelah penembakan hari Minggu dia melihat video sebuah helikopter meninggalkan bandara Cochabamba dengan enam orang di dalamnya.
“Kami tidak tahu pasti apakah mereka militer atau polisi, tapi yang sebenarnya ingin mereka lakukan adalah membunuh Evo Morales,” katanya kepada AFP.
“Kemarin mereka merombak kepemimpinan militer dan hari ini mereka mencoba membunuh Evo Morales,” tambahnya.
NewsRoom.id