Komunitas internasional harus berupaya mengakhiri konflik di Timur Tengah dan mengatasi krisis kemanusiaan “besar” yang melanda negara-negara di kawasan tersebut, kata kepala departemen Timur Tengah dan Asia Tengah IMF pada hari Kamis.
Jihad Azour berbicara kepada AFP di Washington, tempat pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia sedang berlangsung.
Dalam perkiraan ekonomi terbarunya, IMF sedikit menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi di Timur Tengah dan Afrika Utara menjadi 2,1 persen tahun ini, sambil mempertahankan perkiraan pertumbuhan sebesar 4,0 persen pada tahun 2025.
Namun perkiraan ini tidak memperhitungkan dampak ekonomi dari meningkatnya konflik baru-baru ini di Lebanon selatan, tempat Israel melakukan invasi untuk melawan Hizbullah.
Azour, mantan menteri keuangan Lebanon, mencatat bahwa negara-negara yang paling terkena dampaknya, termasuk Lebanon dan wilayah Palestina, menghadapi “masalah kemanusiaan besar” yang telah menghancurkan perekonomian mereka.
“Kita mengalami kerugian besar dalam hal output, kita mengalami kerusakan besar pada infrastruktur, dan kita mempunyai kebutuhan besar akan belanja tambahan, perumahan, kesehatan, dan sebagainya,” ujarnya.
“Kami memperkirakan pertumbuhan akan menjadi negatif dalam kasus-kasus tersebut, dan kami memperkirakan pemulihan akan memakan waktu lebih lama untuk terwujud,” tambahnya.
IMF telah menangguhkan perkiraannya terhadap perekonomian Lebanon, dengan alasan “tingkat ketidakpastian yang luar biasa tinggi”. Namun laporan Pembangunan PBB baru-baru ini memperkirakan bahwa PDB negara tersebut akan menjadi 9,2 persen lebih kecil sebagai “konsekuensi langsung” dari konflik tersebut.
“Anda mengalami kehancuran besar-besaran pada infrastruktur di wilayah yang luas, khususnya di wilayah selatan, dan kehancuran besar-besaran terhadap mata pencaharian, karena ini adalah wilayah pertanian yang terkena dampak paling parah,” kata Azour, seraya menambahkan bahwa hampir 20 persen penduduk Lebanon telah mengungsi.
“Kami mendorong komunitas internasional, kami mendorong teman-teman Lebanon, untuk memberikan hibah,” lanjutnya, menyerukan komunitas internasional “untuk melakukan upaya maksimal untuk menyelesaikan masalah ini, untuk mengurangi penderitaan rakyat.”
– Dampak tidak langsung di Mesir, Yordania –
Bagi negara-negara yang secara tidak langsung terkena dampak konflik, seperti Yordania dan Mesir, dampak kampanye militer Israel yang sedang berlangsung di Gaza dan Lebanon dirasakan berbeda.
Sementara Mesir terkena dampak penurunan pendapatan sebesar 70 persen dari kapal-kapal yang melewati Terusan Suez, perekonomian Yordania menderita akibat penurunan tajam dalam bidang pariwisata, kata Azour.
IMF baru-baru ini memperluas program pinjamannya dengan Mesir dari $3 miliar menjadi $5 miliar, sebagai imbalan atas reformasi ekonomi yang menyakitkan dan berdampak luas, termasuk peralihan ke nilai tukar yang lebih fleksibel dan penekanan pada penanganan inflasi dan tingkat utang yang tinggi.
Azour mengatakan, meski IMF saat ini fokus membantu negara-negara di kawasan mengatasi permasalahan yang mendesak, IMF juga berperan dalam menyatukan kawasan untuk membantu rekonstruksi pasca konflik.
“Kami pikir ada permainan regional di sini, di mana negara-negara dapat melakukan perdagangan dan pertukaran lebih banyak serta dapat tumbuh lebih baik bersama-sama,” katanya.
!fungsi(f,b,e,v,n,t,s)
{if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,argumen):n.queue.push(argumen)};
if(!f._fbq)f._fbq=n;n.push=n;n.loaded=!0;n.version='2.0′;
n.queue=();t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)(0);
s.parentNode.insertBefore(t,s)}(jendela,dokumen,'skrip','
fbq('init', '966621336700630');
fbq('track', 'Tampilan Halaman');
// Otak Lingkaran
fbq('init', '1569525037283060');
fbq('track', 'Tampilan Halaman');
NewsRoom.id