NewsRoom.id – Kementerian Koperasi menyatakan industri pengolahan susu (IPS) lebih memilih mengimpor susu bubuk atau skim dibandingkan menyerap susu segar dari peternak lokal.
Akibatnya, produksi susu segar dari peternak lokal tidak terserap maksimal.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Hal itu diungkapkan Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi usai aksi demonstrasi besar-besaran pembuangan susu di Boyolali, Jawa Tengah, dan Pasuruan, Jawa Timur.
“Ini struktur pasarnya, susu IPS-IPS impor jauh lebih murah. Impornya dalam bentuk skim atau bubuk yang harganya lebih murah dari harga pasar, harga pasar dunia, kata Budi Arie dalam konferensi pers di kantor Kementerian Koperasi, Jakarta Selatan, Senin (11/1). 11). /2024).
Padahal, kata Budi Arie, kualitas dan kesehatan susu bubuk impor belum tentu lebih baik dibandingkan susu segar yang diproduksi koperasi susu di Indonesia.
Wakil Menteri Koperasi Ferry Juliantono mengatakan IPS harus menyerap susu petani lokal. Namun aturan bea masuk 0 persen membuat IPS lebih memilih mengimpor susu bubuk.
“Skemanya harus seperti itu. Namun karena ada kebijakan perdagangan yang menurunkan bea masuk hingga 0 persen, susu (kebutuhan susu nasional) kebanjiran susu sebanyak 4,7 juta ton, kata Ferry.
Ferry mengatakan, pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan harus mempertimbangkan konsekuensi bea masuk 0 persen.
“Kementerian Perdagangan juga mempertimbangkan jika diberikan bea masuk 0 persen, maka konsekuensinya seperti ini. Ini bisa diminta kembali, demi melindungi peternak sapi perah di Indonesia,” kata Ferry.
“Kami mohon adanya hambatan. “Kalau bisa jangan sampai 0 persen,” ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, para peternak sapi perah menggelar aksi demonstrasi dengan mandi susu secara simbolis di Monumen Susu Tumpah, Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu (9/11/2024).
Aksi ini dilakukan sebagai bentuk protes para peternak sapi perah di Boyolali terhadap pembatasan kuota susu yang masuk ke pabrik atau industri pengolahan susu (IPS).
Para peternak terdampak pun menggelar aksi dengan membuang 50.000 liter atau 50 ton susu ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Winong, Boyolali.
Kemudian, muncul sejumlah postingan video di media sosial yang menyoroti para peternak sapi di Pasuruan yang membuang 500.000 liter susu sapi karena kalah bersaing dengan susu impor.
Dalam video yang beredar, tertulis narasi, “Pabrik pengolah lebih memilih impor, peternak sapi membuang 500 ribu liter susu segar.”
NewsRoom.id