-Satu bulan setelah gencatan senjata antara Hamas dan Israel diumumkan, warga Gaza masih menghadapi krisis kemanusiaan yang parah.
Meski suara bom sudah mereda, namun penderitaan berubah menjadi kelaparan dan kekurangan pangan.
Menurut Kepala Kantor Media Pemerintah Gaza, Ismail al-Thawabta, Israel belum memenuhi komitmennya dalam perjanjian gencatan senjata.
“Israel terus mengelak dari kewajibannya terkait masuknya bantuan dan barang-barang penting,” ujarnya seperti dimuat di New Arab, Minggu 9 November 2025.
Ia menambahkan, hanya 4.453 truk bantuan yang tiba dalam hampir sebulan, jauh di bawah 600 truk per hari yang disepakati.
Yang lebih mengkhawatirkan, sebagian besar barang yang masuk ke Gaza merupakan produk mewah yang sebenarnya tidak dibutuhkan, seperti coklat, minuman ringan, dan kopi.
“Pasar dipenuhi barang-barang yang tidak dibutuhkan, sementara tepung, beras, susu, daging, dan ayam sangat langka,” kata al-Thawabta, menyoroti kekurangan bahan bakar yang menyulitkan rumah sakit dan toko roti untuk beroperasi.
Di Kota Gaza, antrian roti bisa mencapai berjam-jam. Abu Bilal al-Sheikh Khalil, warga yang tinggal di kamp pengungsi, mengeluhkan isi pasar yang tidak ada gunanya.
“Kami butuh makanan asli, bukan mie instan dan coklat. Sudah delapan bulan kami tidak makan ayam atau ikan,” ujarnya.
Ahli gizi Mohammed al-Shukri mengatakan pasar-pasar di Gaza dibanjiri makanan tinggi gula dan stimulan, sementara makanan bergizi seperti susu dan telur tetap dilarang.
Menurutnya, kondisi tersebut merupakan upaya sistematis untuk menghancurkan kehidupan manusia.
“Malnutrisi masih merajalela, terutama di kalangan anak-anak dan orang lanjut usia,” katanya.
NewsRoom.id









