-Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia baru-baru ini mengajukan usulan kepada Presiden Prabowo Subianto untuk membentuk koalisi permanen di Kabinet Merah Putih. Usulan ini sontak menuai analisis politik yang menduga langkah tersebut merupakan tanda kekhawatiran Bahlil terhadap kemungkinan adanya reshuffle kabinet.
Pendiri Citra Institute, Yusak Farchan, menilai Bahlil beberapa kali diisukan menjadi salah satu menteri yang berpotensi dicopot pada perombakan kabinet mendatang.
Menurut Yusak, usulan koalisi permanen yang disampaikan Bahlil pada puncak perayaan HUT ke-61 Golkar merupakan cara strategis untuk merayu Presiden Prabowo. Tujuannya jelas: memastikan bahwa ia dan Partai Golkar tetap dianggap sebagai sekutu inti dalam pemerintahan.
Bahlil meminta perhatian Presiden Prabowo bahwa Golkar adalah partai terdepan dalam mengawal pemerintahan saat ini, kata Yusak Farchan kepada Kantor Berita Politik dan Ekonomi RMOL, Kamis 11 Desember 2025.
Yusak menilai Bahlil mengusulkan manuver politik tersebut di saat genting, apalagi saat kinerjanya sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah disorot publik akibat sederet kontroversi kebijakan.
Saya kira Bahlil sedang bermanuver untuk menjadikan Golkar sebagai sekutu paling setia kepada Prabowo. Itu poin pentingnya, jelas Magister Ilmu Politik Universitas Nasional (UNAS) itu.
Ia pun menilai taktik tersebut merupakan upaya Bahlil untuk mengajukan tawar-menawar politik agar kepemilikan Golkar di pemerintahan bisa menjadi yang terbesar di mata Presiden Prabowo.
NewsRoom.id









