NewsRoom.id – Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs (INDOSTRATEGIC) Ahmad Khoirul Umam menilai pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka akan diuntungkan jika Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan PDI Perjuangan memutuskan menjadi oposisi.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Umam mengibaratkan hubungan PKS-PDIP seperti air dan minyak.
“Jika PKS dan PDIP menjadi kekuatan oposisi maka akan menguntungkan pemerintahan Prabowo-Gibran. Karena PDIP dan PKS ibarat air dan minyak, landasan ideologinya sangat berbeda, bahkan bertentangan,” kata Ahmad kepada Ini.com, Sabtu (27). /4/2024).
Ahmad mengatakan kedua belah pihak mempunyai peluang untuk memainkan peran penting dalam konteks kebijakan publik ke depan. Namun lagi-lagi, menurutnya, perbedaan ideologi akan menimbulkan kesenjangan yang mendalam di antara keduanya.
Namun, akan sulit membangun gerakan politik oposisi yang solid dan memadai karena terdapat akar faksionalisme yang akut akibat perbedaan ideologi, kata Ahmad.
Meski begitu, ia menilai pemerintahan Prabowo-Gibran harus tetap membuka ruang kehadiran kekuatan oposisi yang memadai.
“Hal ini untuk menjaga sistem checks and balances dalam mekanisme demokrasi dan tata kelola pemerintahan,” jelasnya.
Sebelumnya, Ahmad menilai kedekatan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan NasDem terhadap Prabowo mampu memenuhi kebutuhan pemerintah Indonesia ke depan.
Sebab, untuk menciptakan lingkungan politik yang stabil dan pemerintahan baru pada masa peralihan kekuasaan, diperlukan setidaknya 60 persen kekuatan parlemen.
Pendekatan Prabowo dengan Nasdem dan PKB setidaknya akan meningkatkan kekuatan politik pemerintahan Prabowo-Gibran sekitar 70 persen, kata Ahmad kepada Ini.com, Sabtu (27/4/2024).
Padahal, imbuhnya, jika perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) PPP dikabulkan Mahkamah Konstitusi (MK). Maka akumulasi koalisi pemerintahan Prabowo-Gibran bisa lebih “populer”, yaitu sekitar 74 persen, ”ujarnya.
NewsRoom.id