NEWSROOM.ID, Jakarta – Indonesia yang menyimpan banyak cadangan Logam Tanah Jarang (LTJ) atau yang sering disebut Rare Earth Elements (RRE) menjadi komoditas yang sangat langka di dunia, namun hingga saat ini pemanfaatannya di dalam negeri masih belum dapat dilakukan karena teknologi yang belum tersedia.
Padahal, LTJ ini memiliki banyak manfaat dan dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai teknologi modern saat ini, antara lain sebagai baterai, telpon seluler, komputer, pembangkit listrik, dan dapat menjadi bahan baku industri pertahanan dan kendaraan listrik.
Pengambangan teknologi ini dilakukan bersama enam pihak yang tertuang dalam Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (KemenkoMarves), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), PT Bersahaja Berkat Sahabat Jaya, PT Rekayasa Industri (Rekind), dan PT Timah Tbk.
“Akhirnya penandatangananan dokumen PKS tentang Riset dan Percepatan Hilirisasi Monasit menjadi Oksida LTJ, Fosfat, Uranium, dan Thorium secara bertahap bertambah lagi tanda tangannya,” kata PLT Deputi Pemanfaatan Riset dan Inovasi Brin, Hendrian di Kantor Brin pada 27 September 2022.
Brin sangat berharap realisasi PKS ini dapat berjalan dalam waktu dekat dan diselesaikan agar Indonesia dapat menikmati hasil dari teknologi dalam negeri dengan Sumber Daya Alam (SDA) Tanah Air.
“Tentu kita sama-sama menginginkan ini segera selesai, walaupun dilakukan secara bertahap bisa dituntaskan, yang lebih penting dari itu adalah realisasi dari apa yang sudah tertuang di dokumen,” jelasnya.
Kemudian, Brin melakukan kunjungan ke pilot plan yang ada di Yogyakarta untuk melakukan simbolis pengangkatan bendera yang menandakan riset dimulai.
“Mudah-mudahan ini akan berjalan lancar, walaupun diperlukan komunikasi yang lebih intense karena melibatkan enam pihak. Ini sebuah kerja sama yang luar biasa dan saya pikir melakukan riset dan hilirisasi monasit ini bisa menjadi sesuatu yang menjadi lebih bermanfaat bagi bangsa dan negara,” jelas Hendri.
Sementara itu, Asisten Deputi Pengelolaan Sampah dan Limbah Kemenkomarves Rofi Alhanif mengatakan, PKS ini merupakan sejarah baru bagi Indonesia dimana antara Pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Swasta dapat bekerja sama untuk membangun sesuatu yang baik untuk riset.
“PKS ini betul-betul harus kita kawal dan mudah-mudahan sesuai target awal output dari PKS ini kita bisa mendorong hiilirisasi untuk pengolahan monasit menjadi oksida LTJ yang bisa terlaksana,” katanya.
Rofi berharap, 2024 nanti Indonesia sudah memiliki demo plan yang bisa membuktikan anak bangsa dapat membuat teknologi pengolahan LTJ yang masih belum banyak di dunia.
“Kedepan logam ini akan penting dan stragis yang membuat akan menjadi rebutan banyak negara karena penerapannya untuk teknologi,” katanya.
Secara bersamaan, Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Ediar Usman mengatakan, PKS ini merupakan hal yang baik sesuai dengan Undang-undang Nomo 3 Tahun 2020 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang mengamanatkan perlunya meningkatkan nilai tambah yang bertujuan dampak ekonominya lebih tinggi dan teknologi yang lebih hilir.
“Kami dari ESDM tentu saja menyambut baik PKS ini dan mudah-mudahan apa yang kita canangkan bisa mewujudkan satu hasil yang lebih baik. Kami juga nanti untuk LTJ ini akan menjadi objek pengusahaan di Bangka Belitung dan Mamuju dengan cara lelang, sudah banyak pihak yang minat untuk mengusahakan,” jelasnya.
Sementara itu, Direktur Utama Rekind Triyani Utaminingsih mengatakan, dengan adanya sinergi antara enam pihak ini akan membuahkan hasil maksimal sesuai dengan yang kita harapkan bersama menjadi tonggak bersejarah dan bagi hilirisasi dari riset teknologi kebanggan di tanah air kita.
“Pengembangan teknologi merah putih ini merupakan langkah penting dalam mewujudkan industri nasional yang efektif, efisien, dan mandiri dengan mengandalkan SDA dalam negeri,” katanya.
Rekind meyakini, sinergi para stakeholder mampu mewujudkan pengembangan teknologi dalam negeri dan penting direalisasikan, apalagi pertumbuhan LTJ di dunia akan terus meningkat seiring aplikasi LTJ.
“Pengembangan teknologi ini sangat penting dalam mendukung transisi energi, pengurangan karbon, ekonomi sirkular, dan percepatan penyediaan infrastuktur,” jelasnya.
Selain mewujudkan LTJ, Rekind juga berharap momen ini dapat dijadikan anak bangsa sebagai dorongan untuk meningkatkan kompetensi demi kemajuan bangsa.
“Semoga PKS ini dapat meningkatkan kompetensi anak bangsa yang muaranya dapat memperkokoh sumber daya riset dalam mengakselerasi kepemilikan teknologi bagi bangsa dan negara,” katanya. (LBY)