NEWSROOM.ID, Jakarta – Perusahaan pembeli timah TF Exchange PTE LTD yang beralamat di Singapore tidak takut dengan langkah pemerintah yang akan melarang ekspor timah di tahun 2023, sebab negara lain masih banyak yang memproduksi timah walau Indonesia menjadi eksportir timah terbesar di dunia.
Direktur Utama TF Exchange PTE LTD Indra Tukimin mengatakan, Dunia memproduksi timah pertahun sekitar 300.000 ton, sedangkan Indonesia hanya sekitar 70.000 ton, yang artinya di luar Indonesia masih ada 230.000 ton timah.
“China adalah produsen timah terbesar di dunia, tapi mereka ekspor angkanya kecil. Indonesia harus hati-hati, kalau ekspor timah dilarang negara lain bisa produksi, tidak akan mati sebab indonesia bukan produser terbesar,” kata Indra saat dijumpai di acara Indonesia Tin Conference 2022 di Hotel Grand Hyatt Jakarta pada Rabu, 19 Oktober 2022.
Indra mendukung langkah pemerintah Indonesia untuk melakukan hilirisasi timah agar Indonesia bisa menjadi produsen bukan lagi konsumen, hal tersebut dapat terwujud apabila strategi pemerintah dilakukan secara komprehensif dengan mengundang industri ke Indonesia.
“Timah tidak sama dengan nikel, nikel bisa begitu sebab nikel Indonesia unik yang menjadi terbaik untuk baterai, jadi negara lain tidak punya nikel seperti Indonesia, Kalau timah gk ada istimewanya, sama dengan negara lain. Kalau Indonesia banned, beli aja tempat lain,” jelas Indra.
Salah satu smelter di Peru sudah mengetahui Indonesia mau larang ekspor, mereka sudah menyiapkan pabrik baru dengan kapasitas double. Kalau Indonesia stop ekspor mereka siap jual.
“Salah satu pabrik smelter di Peru, Amerika Selatan sudah mendengar kabar Indonesia akan stop ekspor timah dan mereka tidak merasa takut akan kebijakan pemerintah Indonesia tersebut,” katanya.
Industri hilirisasi timah di Indonesia, menurut Indra, akan sulit bersaing dengan industri timah di China yang sudah matang. Apalagi kalau Indonesia fokus membangun pabrik solder yang menjadi penggunaan timah di dunia.
“Timah 60 persen untuk solder, kalau Indonesia bisa tarik semua pabrik solder dan buat solder sebanyak 5000 ton perbulan, mau dijual kemana?, siapa yang pakainya. Industri elektronik dimana pabriknya? tidak ada di indonesia kan,” katanya.
Indra melihat pemerintah tergesa-gesa dalam mengambil keputusan larangan ekspor ini dilihat dari suksesnya hilirisasi nikel, sedangkan timah jauh berbeda dengan industri hilirisasi nikel.
“Jual timah batangan dengan timah solder tidak sama, kalau batangan harus konsisten, kalau jual solder tergantung pembeli sebab ada teknologi tertentu dan resikonya besar. Saya pikir kesuksesan Indonesia dilihat di nikel, kalau nikel bisa kenapa timah tidak bisa menurut mereka,” jelasnya. (LBY)