NewsRoom.id -Fenomena dinasti politik di Indonesia bukanlah hal baru. Belakangan juga menjalar ke lembaga legislatif (DPR/DPR).
Temuan tersebut berdasarkan riset mendalam yang dilakukan peneliti Center for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes, terkait kebangkitan politik dinasti di legislatif.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Pernyataan itu diungkapkannya dalam wawancara eksklusif bersama politikus Akbar Faizal, di kanal YouTube Akbar Faizal Uncensored (AFU), dikutip Kantor Berita Politik RMOL, Senin (3/6).
Berdasarkan total kursi di DPR 8 parpol, karena PPP tidak lolos PT, kalau kita lihat presentasi terbesar di Partai Nasdem, 33,3 persen dari total kursi itu terkait dinasti, kata Arya. .
Selanjutnya PDIP 27,3 persen, Golkar 26,5 persen, Gerindra 25,5 persen, Demokrat 20,5 persen, PAN 18,8 persen, PKB 17,6 persen, dan PKS 11,3 persen.
Soal dinasti, tentu yang kami maksud adalah anggota DPR terpilih mempunyai hubungan darah atau kekerabatan dengan pejabat publik. Pejabat publik tersebut bisa menteri atau kepala daerah yang pernah menjabat atau sedang menjabat, jelasnya.
Latar belakang dinasti politik bermacam-macam, mulai dari hubungan suami-istri, kakak-adik, dan keponakan.
“Kenapa dia bertahan, tentu banyak argumennya, karena dia punya modal yang kuat, karena sumber daya yang kuat. Tapi kalau kita lihat, itu karena dia mendapat semacam keistimewaan saat mencalonkan,” jelas Arya.
NewsRoom.id